Sabtu, 05 Januari 2013

PAPER GENEOLOGI BUDAYA



PAPER GENEOLOGI BUDAYA



Disusun oleh :
Yossi Partiwi
PGSD 3 SEMESTER 2

MATA KULIAH ISBD
Dosen Pengampu :

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STIKIP ISLAM BUMIAYU
TAHUN 2012



GENEOLOGI BUDAYA
A.    HISTORIES DESA KALISUMUR
Nama desa Kalisumur ternyata ketika adanya peperangan antara DI ( Darul Islam ) dengan tentara Belanda ternyata telah ada. Yang memberi nama desa Kalisumur adalah Bapak H.Marjuki, beliau memberi nama desa kalisumur  karena dahulu terdapat muara sumber air yang ada di desa Margadadi ( nama desa sekarang ) yang mengalir keseluruh desa melalui sungai besar. Zaman dahulu kala disetiap RT hanya terdapat 1 sumur dipinggir sungai. Dan menjadi salah satu sumber bagi masyarakat. Menurut mereka (orang-orang dahulu ) : “sampai titi mangsa desa kiye ora bakal kekurangan banyu tur subur”. Dan zaman dahulu keadaan sungai masih jernih dan alami sehingga menjadi sumber pertama mendapatkan air dan menjadi sumber masyarakat untuk melakukan aktifitas, seperti cuci piring, mencuci baju, mandi, sampai untuk masak.
Dahulu sebelum Indonesia merdeka didesa Kalisumur terdapat peperangan antara DI dengan Tentara Belanda  yang memperebutkan kekuasaan. DI beranggotakan dari desa pamijen (Bapak Juli), bantar kawung dan dari berbagai penjuru namun dari masyarakat Kalisumurnya tidak ada menjadi salah satu anggota DI. Belanda tahu bahwa desa Kalisumur merupakan salah satu bagian dari negara yang memiliki kesuburan tanah, serta sumber air yang melimpah. Namun anehnya Belanda tidak menjajah langsung ( membuat seluruh masyarakat Kalisumur sengsara ), namun Belanda hanya memerangi DI yang anggapan mereka bahwa DI adalah kumpulan orang yang menghalangi mereka untuk menguasai desa Kalisumur. Warga desa Kalisumur berpihak pada DI, namun tidak mengikuti peperangan, namun warga hanya memberikan makanan kepada DI, dan sekaligus menyembunyikan DI ketika ada Belanda datang. Inilah tempat dimana DI dan warga desa Kalisumur pernah melakukan perkumpulan; sekarang tempat itu telah dijadikan rumah salah satu penduduk Kalisumur.

Dan disinilah ( sekarang menjadi desa dukukemiri ) menjadi tempat persembunyian DI sekaligus menjadi tempat tinggal mereka. Di dalamnya terdapat gua kecil yang tertimbun oleh semak-semak dan dedaunan.
                   
Peperangan antara DI dengan Tentara Belanda selesai ketika bangsa Indonesia merdeka.
B.     BENTUK KEBUDAYAAN DESA KALISUMUR
1.      Sedekah bumi
Dilakukan pada jum’at kliwon pada bulan safar sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat merupakan sebuah ungkapan rasa syukur terhadap segala yang telah diberikan dari ALLOH SWT kepada manusia khususnya para petani. Karena petani telah  mendapatkan  kenikmatan dan pemenuhan kebutuhan primer dari hasil bumi. Selain itu sedekah bumi juga merupakan sebuah ungkapan rasa syukur karena dibumi manusia mampu melakukan segala aktivitasnya. Dan sedekah bumi ada sejak zaman dahulu dan diterapkan turun menurun (generasi ke generasi).
Masyarakat Kalisumur melakukan ritual sedekah bumi pada malam hari. Dengan melakukan makan bersama ditengah-tengah jalan, karena menurut mereka ritual itu dilakukan harus diatas bumi.  Setelah itu sebagian kecil jalan digali sampai setengah meter dan diisi dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh masyarakat diatas tampah.
Namun, sekarang ritual sedekah bumi mengalami sedikit perubahan, dimana masyarakat hanya melaksanakan sedekah bumi di mesjid dengan melaksanakan tahlil dan makan bersama.
2.      Kekeba ( 7 bulanan )
Kekeba biasa disebut mitoni, bertujuan untuk mendoakan agar orang yang hamil dan si jabang bayi diberi keselamatan dan merupakan sodaqoh. Selain itu mitoni dilaksanakan agar si jabang bayi kelak mampu menjadi anak yang sholeh. Pelaksanaannya adalah mengaji AL-qur’an diantaranya Qs.taubat, Qs.wakiah, Qs.maryam, Qs.yusuf dan lain-lain serta melakukan tahlilan.  Mitoni ada sejak zaman dahulu dan dirutunkan secara generasi ke generasi. Sampai saat ini budaya mitoni masih kental dilingkungan masyarakat sekitar.
3.      Budaya pernikahan
Sebelum akad dilaksanakan seorang calon suami beserta keluarga melakukan serahan kepada calon istri beserta keluarganya.
Setelah akad dilaksanakan kaki suami dibersihkan oleh calon istri setelah itu dilap dengan handuk. Hal itu dilakukan sebagai salah satu bentuk pengabdian seorang istri kepada suami. Sekarang masyarakat mulai tidak menggunakan adat dalam melakukan pernikahan melainkan menggunakan akulturasi budaya pernikahan.  Ada hal yang unik yang biasa dilakukan yaitu makan urab-uraban setelah akad yang dibuat oleh pihak suami. Makan urab-uraban merupakan simbol dari kerukunan dan menyambut dengan bahagia atas pernikahan yang dilaksanakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar