PAPER GENEOLOGI BUDAYA
Disusun oleh :
Yossi Partiwi
PGSD 3 SEMESTER 2
MATA KULIAH ISBD
Dosen Pengampu :
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STIKIP ISLAM BUMIAYU
TAHUN 2012
GENEOLOGI BUDAYA
A.
HISTORIES DESA
KALISUMUR
Nama desa Kalisumur ternyata ketika adanya peperangan antara DI (
Darul Islam ) dengan tentara Belanda ternyata telah ada. Yang memberi nama desa
Kalisumur adalah Bapak H.Marjuki, beliau memberi nama desa kalisumur karena dahulu terdapat muara sumber air yang
ada di desa Margadadi ( nama desa sekarang ) yang mengalir keseluruh desa
melalui sungai besar. Zaman dahulu kala disetiap RT hanya terdapat 1 sumur
dipinggir sungai. Dan menjadi salah satu sumber bagi masyarakat. Menurut mereka
(orang-orang dahulu ) : “sampai titi mangsa desa kiye ora bakal kekurangan
banyu tur subur”. Dan zaman dahulu keadaan sungai masih jernih dan alami
sehingga menjadi sumber pertama mendapatkan air dan menjadi sumber masyarakat
untuk melakukan aktifitas, seperti cuci piring, mencuci baju, mandi, sampai
untuk masak.
Dahulu sebelum Indonesia merdeka didesa Kalisumur terdapat
peperangan antara DI dengan Tentara Belanda
yang memperebutkan kekuasaan. DI beranggotakan dari desa pamijen (Bapak
Juli), bantar kawung dan dari berbagai penjuru namun dari masyarakat
Kalisumurnya tidak ada menjadi salah satu anggota DI. Belanda tahu bahwa desa
Kalisumur merupakan salah satu bagian dari negara yang memiliki kesuburan
tanah, serta sumber air yang melimpah. Namun anehnya Belanda tidak menjajah langsung
( membuat seluruh masyarakat Kalisumur sengsara ), namun Belanda hanya
memerangi DI yang anggapan mereka bahwa DI adalah kumpulan orang yang
menghalangi mereka untuk menguasai desa Kalisumur. Warga desa Kalisumur
berpihak pada DI, namun tidak mengikuti peperangan, namun warga hanya
memberikan makanan kepada DI, dan sekaligus menyembunyikan DI ketika ada
Belanda datang. Inilah tempat dimana DI dan warga desa Kalisumur pernah
melakukan perkumpulan; sekarang tempat itu telah dijadikan rumah salah satu penduduk
Kalisumur.
Dan
disinilah ( sekarang menjadi desa dukukemiri ) menjadi tempat persembunyian DI
sekaligus menjadi tempat tinggal mereka. Di dalamnya terdapat gua kecil yang
tertimbun oleh semak-semak dan dedaunan.
Peperangan
antara DI dengan Tentara Belanda selesai ketika bangsa Indonesia merdeka.
B.
BENTUK
KEBUDAYAAN DESA KALISUMUR
1.
Sedekah bumi
Dilakukan pada
jum’at kliwon pada bulan safar sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat
merupakan sebuah ungkapan rasa syukur terhadap segala yang telah diberikan dari
ALLOH SWT kepada manusia khususnya para petani. Karena petani telah mendapatkan
kenikmatan dan pemenuhan kebutuhan primer dari hasil bumi. Selain itu
sedekah bumi juga merupakan sebuah ungkapan rasa syukur karena dibumi manusia
mampu melakukan segala aktivitasnya. Dan sedekah bumi ada sejak zaman dahulu
dan diterapkan turun menurun (generasi ke generasi).
Masyarakat
Kalisumur melakukan ritual sedekah bumi pada malam hari. Dengan melakukan makan
bersama ditengah-tengah jalan, karena menurut mereka ritual itu dilakukan harus
diatas bumi. Setelah itu sebagian kecil
jalan digali sampai setengah meter dan diisi dengan berbagai macam makanan yang
disediakan oleh masyarakat diatas tampah.
Namun, sekarang
ritual sedekah bumi mengalami sedikit perubahan, dimana masyarakat hanya
melaksanakan sedekah bumi di mesjid dengan melaksanakan tahlil dan makan
bersama.
2.
Kekeba ( 7
bulanan )
Kekeba biasa
disebut mitoni, bertujuan untuk mendoakan agar orang yang hamil dan si jabang
bayi diberi keselamatan dan merupakan sodaqoh. Selain itu mitoni dilaksanakan
agar si jabang bayi kelak mampu menjadi anak yang sholeh. Pelaksanaannya adalah
mengaji AL-qur’an diantaranya Qs.taubat, Qs.wakiah, Qs.maryam, Qs.yusuf dan
lain-lain serta melakukan tahlilan.
Mitoni ada sejak zaman dahulu dan dirutunkan secara generasi ke
generasi. Sampai saat ini budaya mitoni masih kental dilingkungan masyarakat
sekitar.
3.
Budaya
pernikahan
Sebelum akad
dilaksanakan seorang calon suami beserta keluarga melakukan serahan kepada
calon istri beserta keluarganya.
Setelah akad
dilaksanakan kaki suami dibersihkan oleh calon istri setelah itu dilap dengan
handuk. Hal itu dilakukan sebagai salah satu bentuk pengabdian seorang istri
kepada suami. Sekarang masyarakat mulai tidak menggunakan adat dalam melakukan
pernikahan melainkan menggunakan akulturasi budaya pernikahan. Ada hal yang unik yang biasa dilakukan yaitu
makan urab-uraban setelah akad yang dibuat oleh pihak suami. Makan urab-uraban
merupakan simbol dari kerukunan dan menyambut dengan bahagia atas pernikahan
yang dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar