Senin, 07 Januari 2013

Artikel Jenis-Jenis Bentuk Non Tes Dalam Pendidikan



PAPER
TENTANG
JENIS-JENIS BENTUK NON TES
DALAM PENDIDIKAN



Disusun oleh :
Yossi Pratiwi
PGSD 3 / SEMESTER 2
Dosen Pengampu
Muhammad Irham, S.Pd


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
Tahun 2012




A.    Apa Yang Dimaksud Dengan Evaluasi Non-Tes?

Evaluasi non-tes merupakan penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan dengan tanpa ”menguji”  peserta didik, melainkan dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (questionnaire) dan memeriksa atau meniliti dokumen-dokumen (documentary analysis).
Instrument untuk memperoleh hasil belajar non-tes terutama dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahaminya.
Dengan kata lain, instrument seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra. Selain itu, instrument seperti ini memang merupakan satu kesatuan dengan instrument lainnya, karena tes pada umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami atau yang dapat dikuasai oleh peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Akan tetapi, belum ada jaminan bahwa mereka memiliki mental itu dalam mendemonstrasikan dalam tingkah lakunya. Dengan demikian, instrument non-tes merupakan bagian dari alat ukur hasil peserta didik.
B.     Bagaimanakah Bentuk-Bentuk Evaluasi Non-Tes?
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes lebih sesuai digunakan sebagai alatr evaluasi. Seperti menilai aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lainnya yang mencakup segi afektif dan psikiomotorik. Sedangkan bentuk-bentuk teknik non-tes yang bisa digunakan adalah:
1.      Wawancara (interview)
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Secara umum, yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dikakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1)      Wawancara terpimpin (guided interview), yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), yaitu wawancara yang dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan oleh evaluator.
2)      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), yang sering dikenal dengan istlah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
Langkah-langkah penyusunan wawancara :
·         Perumusan Tujuan
·         Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
·         Penyusunan kisi-kisi
·         Penyusunan pedoman wawancara
·         Lembaran penilaian
Tujuan wawancara adalah sebagai berikut:
·         Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu
·         Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
·         Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu
Dalam wawancara terdapat kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihannya adalah:
·         Pewancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat berkomunikasi secara langsung, dengan peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, juga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam.
·         Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal
·         Data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif
·         Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
Sedangkan kelemahannya dari wawancara:
·         Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
·          Adakalanya wawancara terjadi berlarut-larut tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan
·         Sering timbul sikap kurang baik dari peserta didik yang diwancarai dan sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewancara dengan orang yang diwawancarai.
Contoh wawancara :
Tujuan                : memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa dirumah
Bentuk               : bebas
Responden         : siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi
Nama siswa       :……………..
Kelas                  :……………..
Jenis kelamin     :……………..
Bentuk pertanyaannya sekaligus jawaban peserta didik dari hasil wawancara guru mampu mengambil keputusan diantaranya :
·         Apa tujuan anda sekolah disini ?
·         Apa cita-cita anda ?
·         Kapan dan berapa lama anda belajar sekolah ?
·         Bagaimana anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif ?
·         Seandainya jika anda mengalami kesulitan belajar untuk mempelajarinya, apa usaha anda agar kesulitan belajar bisa dilewati
2.      Pengamatan (observation)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sebagai sasaran pengamatan. Alat yang digunakan dalam observasi disebut pedoman observasi
Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut:
·         dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahuluØ
·         direncanakan secara sistematisØ
·         hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
·         perlu diperiksa ketelitiannya.Ø
Tujuan utama observasi adalah:
·         mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
·         Untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social skill)
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
·         Mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini  dimaksudkan agar pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya evaluator harus menggunakan alat yang disebut dengan pedoman observasi.
·          Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional
·         Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
·         Praktis penggunaannya.
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a)      Observasi partisipatif dan nonpartisipatif 
Observasi partisipatif dalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukanoleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasinonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain. 
b)      Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yangakan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasamadan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku muriddalam menanam bunga.Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapilangsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
c)      Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapisistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagaiakibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
·         Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. 
·         Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok
·         Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapatmenjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswadalam mengumpulkan data
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
§  Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
§  Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
§  Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
§  Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
§  Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
a)      Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
b)      Direncanakan secara sistematis
c)      Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
d)     Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya. 
Sebagai instrumen evaluasi yang lain, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan observasi antara lain:
o  Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
o  Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan
o  Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
o  Tidak terikat dengan laporan pribadi.
Langkah-langkah menyusun observasi :
o  Merumuskan tujuan
o  Merumuskan kegiatan
o  Menyusun langkah-langkah
o  Menyusun kisi-kisi
o  Menyusun panduan observasi
o  Menyusun alat penilaian
Adapun kelemahan dari observasi adalah:
o   Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
o   Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
o   Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:
o   Merumuskan tujuan observasi
o    Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
o   Menyusun pedoman observasi
o   Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
o   Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
o   Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
o   Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
o   Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Contoh pedoman observasi praktek mengajar :
Nama                                :
Matapelajaran                   :
Pokok bahasan                 :
Kelas / semester               :
Hari / tanggal                   :
Kompetensi dasar                        :
No
Aspek-aspek yang diobservasi
A
B
C
D
E
ket
1
Tahap orientasi :







a.       pembukaan







b.      mengabsen peserta didik







c.       mengemukakan tujuan







d.      apersepsi






2
Tahap inti :







a.       mengemukakan pokok-pokok materi







b.      menjelaskan materi







c.       memberi contoh dan stimulus







d.      penggunaan multimetode dan media







e.       kejelasan bahasa






3
Tahap kulminasi :







a.       merangkum materi
b.      penilaian







 Simpulan             :
 Saran                   :

Observi,                                                                                        observer,


                  (………)                                                                                        (……….)

3.      Angket (questionnaire)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akandiukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilaiatau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itudiberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnyadiberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yangmemberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya.Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekatdan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalahseseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya.
Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup danangket terbuka. Angket tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yangia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apayang ia ketahui. 
Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara, dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung (face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pnegumpulan data sebagai bahan penilai hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebanarnya.\
Pada umunya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganilisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu, juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum dan progam pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun melalui kuesioner, misalnya adalah data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses pembelajaran, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajar, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda (mutiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert.
Kuesioner sebagai alat evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik sendiri, dimana data yang telah diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut dari peserta didik.
Langkah-langkah menyusun angket :
§  Merumuskan tujuan
§  Merumuskan kegiatan
§  Menyusun langkah-langkah
§  Menyusun kisi-kisi
§  Menyusun panduan angket
§  Menyusun alat penilaian
Contoh : angket
Mata pelajaran Matematika
Aspek-aspek pembelajaran
ya
kurang
tidak
Penyempaian  pokok-pokok materi


Alat media


Kejelasan bahasa


Memberikan contoh dan stimulus


Tanya jawab


Diskusi kelas



4.      Study Kasus (case study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
Ø  Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
Ø  Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
Ø  Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi        ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
5.      Pemeriksaan Dokumen (documentary analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkapbagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.
6.      Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorangdalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilaihubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputistuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiapanak dalam suatu kelompok atau kelas.
Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu:
·         pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapaharus memilih teman itu.Contoh: Nama : Tono Kelas : III A Teman yang saya pilih:
o   Candra Karena aktif belajar dan pandai
o   Sumarsono Karena tegas dalam berbicara
o   Nunung Karena penurut 
1)      Langkah pembuatan table
Guru membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam langkah pemilihan teman.

A
B
C
D
E
A

x

x

B

x
x
x

C
x



x
D

x


x
E


x


2)      Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atausosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih. Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasisosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapatdibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:
§  Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
§  Untuk pengarahan dinamika kelompok
§  Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepadasetiap anak
7.      Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi :
a.       Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri dibelakang sekolah. Tanpa sebab
b.      Tanggal 21 April 2008 Gita berkelahi dengan Galih karena Gita berkata “Galih anakm pungut”
c.       Tanggal 16 Mei 2001 Gita berkelahi dengan Gina, karena menuduh Gina mencuri uang Gita
d.      Dan sebagainya
Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa bagi keperluan penilaian Gita, tetapi setelah dihubungkan dengan data-data yang lain sering kali memberikan petunjuk yang berguna. Catatan ini dapat dibuat dibuku khusus atau pada kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan dalam penafsirannya.
Contoh : kartu catatan insidental
Hari / tanggal / bulan / tahun : Rabu, 21 April 2008
Nama peserta didik                : Gita
Nama SD / Kelas                   : SD Negeri II Palembang / kelas V
Nama observer                       : Anggi
Tempat observasi                   : di dalam kelas
Catatan : peristiwa : Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata : Galih anak pungut. Kesimpulan sementara : Gita membuat orang tidak senang.

Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan catatan insidental, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :
§  Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan. Dalam hal apakah penyelidikan itu harus dilakukan
§  Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan sementara. Kesimpulan final baru ditentukan setelah membandingkan beberapa kesimpulan sementara dari beberapa kegiatan pencatatan
§  Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu diselidiki itu
8.      Daftar cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang ( √ ) pada tiap-tiap aspek tersbut sesuai dengan hasil penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya antara lain :
§  Membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati
§  Dapat memberikan informasi kepada stakeholder
Namun, penilaian tetap harus waspada kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup didalam daftar cek, karena itu penilaian jangan terlalu kaku dengan apa yang sudah tertulis dalam daftar cek tersebut.
Contoh :
no
Nama siswa
SB
B
C
K
SK
1
Nano waryono




2
Elin roslina




3
Arie apriadi




4
Angga zalindra




5
Ardi maulana




Keterangan :
SB : sangat baik
B   : baik
C   : cukup
K   : kurang
SK : sangat kurang


Daftar cek tentang kebiasaan belajar
Nama               :                                               Kelas               :
Umur               :                                               Sekolah           :
no
1
Kegiatan diskusi





2
Membuat rangkuman





3
latihan





4
Balajar sendiri dan belajar kelompok





5
Tanya jawab






9.      Skala penilaian
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenoma yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu tetapi lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh karena itu, unutk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala penilaian.
Namun demikian, skala penilaian juga mempunyai kelemahan antara lain : “ ada kemungkinan hallo effects, generosity effects, dan cary over effects”.
v  Ada kemungkinan hallo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada peserta didik sementara ia tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu. Misalnya, seorang guru terkesan oleh sopan santun dari peserta didik sehingga memberikan nilai tinggi pada segi-segi yang lain, padahal mungkin peserta didik tersebut tidak demikian adanya. Bisa juga guru terkesan dengan model berpakaian atau penampilan umum peserta didik. Begitu juga sebaliknya, seorang guru mungkin memberikan nilai yang rendah, karena peserta didik kurang sopan dan tidak berpakaian rapih.
v  Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan untuk berbuat baik. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu maka ia cenderung akan memberikan nilai yang tinggi.
v  Carry over effects, yaitu kelemahan yang akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan suatu fenomena dengan fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinialai baik, maka fenomena yang lain akan dinilai baik pula.
Contoh : skala penilaian
No
ST
T
S
R
SR
1
Sopan santun





2
Tolong menolong





3
Bersikap ramah





4
pemberani





5
Pengganggu teman





6
peramah





7
egois





8
agresif






10.  Inventori kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan  tes kepribadian. Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar-salah. Semua peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek kepribadian yang biasanya dapat diketahui melalaui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-sifat kepemimpinan, dan dominasi.
Pada akhirnya guru harus memilih bentuk-bentuk sesuai dengan ranah yang diukur, seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam pedoman penilaian depdiknas ( 2006 ) dikemukakan bahwa keterkaitan antara ranah kognif, afektik, dan psikomotorik dalam penilaian dapat divisualkan pada tabel berikut ini :

11.  Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah.
Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu, dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja tetapi memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif .
Untuk membuat skala Likert dapat mengikuti langkah-langkah berikut :
·         Memilih variabel efektif yang akan diukur
·         Membuat beberapa pernyataan tenang variabel efektif yang akan diukur
·         Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif
·         Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan
·         Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
·         Melakukan uji coba
·         Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
·         Melaksanakan penilaian
Contoh : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
No
Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
1
Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran bahasa indonesia





2
Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa indonesia





3
Saya suka menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar





4
Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan budaya indonesia





5
Saya memperkaya materi dari guru bahasa indonesia dan membaca buku-buku sumber sebagai penunjang





6
Saya senang mengerjakan tugas pelajaran bahasa indonesia di rumah





7
dst






Keterangan :
SS        : sangat setuju
S          : setuju
TT        : tidak tahu
TS        : tidak setuju
STS     : sangat tidak setuju
12.  Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik
Teknik pemberian penghargaan ini dianggap penting karena banyak respons dan tindakan positif dari peserta didik yang timbul akibat tindakan belajar, tetapi kurang mendapat perhatian dan tanggapan yang serius dari guru. Seharusnya, guru memberikan penghargaan kepada setiap tindakan positif dari peserta didik dalam berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar.
Dalam pemberian penghargaan ada dua teknik yang dapat digunakan guru, yaitu
·         Verbal, pemberian penghargaan berupa pujian, dorongan, dukungan. Dengan menggunakan kata bagus,benar, baik dan sebagainya
·          non verbal, pemberian penghargaan melalui
o   mimik dan gerakan tubuh seperti acungan jempol
contoh :
                       Daftar cek pemberian penghargaan oleh guru kepada peserta didik
Nama Guru                 :
Jenis Kelamin              :
Mata Pelajaran            :
Kelas                           :




No
Jenis pemberian penghargaan
dilakukan
Tidak dilakukan
keterangan
1
Kata -kata




bagus




baik




benar




tepat




sempurna



2
Kalimat




Prestasi kamu baik sekali




Saya senang dengan hasil kerja kamu




Saya senang kamu masuk tepat waktu




Penampilan kamu baik sekali hari ini




Pendapat kamu sangat baik



3
Gerakan atau isyarat




Mengangkat jempol




Mengangguk dan menampilkan mimik muka yang ramah




Memperhatika dengan sungguh-sungguh terhadap pertanyaan peserta didik










DAFTAR PUSTAKA


Drs. Zaenal Arifin, M.Pd “Evaluasi Pembelajaran”. Bnadung : PT.Remaja Rosdakarya







3 komentar:

  1. Terima Kasih Kak, sangat bermanfaat ilmunya... Gotcha

    BalasHapus
  2. Terima kasih, Kak. Ilmunya sangat bermanfaat. :)

    BalasHapus
  3. halo kak.izin bertanya.
    kelebihan dan kekurangan catatan insidental apa ya kak?

    BalasHapus