PAPER
TENTANG
JENIS-JENIS BENTUK NON TES
DALAM PENDIDIKAN
Disusun oleh :
Yossi Pratiwi
PGSD 3 / SEMESTER 2
Dosen Pengampu
Muhammad Irham, S.Pd
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ISLAM BUMIAYU
Tahun 2012
A.
Apa Yang Dimaksud Dengan Evaluasi Non-Tes?
Evaluasi non-tes merupakan
penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan dengan tanpa
”menguji” peserta didik, melainkan dilakukan dengan menggunakan
pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview),
menyebarkan angket (questionnaire) dan memeriksa atau meniliti
dokumen-dokumen (documentary analysis).
Instrument
untuk memperoleh hasil belajar non-tes terutama dilakukan untuk mengukur hasil
belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan
dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari apa yang
diketahui atau dipahaminya.
Dengan kata lain, instrument seperti itu terutama berhubungan dengan
penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya
yang tidak dapat diamati dengan panca indra. Selain itu, instrument seperti ini
memang merupakan satu kesatuan dengan instrument lainnya, karena tes pada
umumnya mengukur apa yang diketahui, dipahami atau yang dapat dikuasai oleh
peserta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Akan tetapi,
belum ada jaminan bahwa mereka memiliki mental itu dalam mendemonstrasikan
dalam tingkah lakunya. Dengan demikian, instrument non-tes merupakan bagian
dari alat ukur hasil peserta didik.
B.
Bagaimanakah Bentuk-Bentuk Evaluasi Non-Tes?
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes
lebih sesuai digunakan sebagai alatr evaluasi. Seperti menilai aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lainnya
yang mencakup segi afektif dan psikiomotorik. Sedangkan bentuk-bentuk teknik
non-tes yang bisa digunakan adalah:
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah komunikasi
langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Secara umum, yang dimaksud
dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dikakukan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah
serta tujuan yang telah ditentukan.
Ada dua jenis wawancara
yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1)
Wawancara terpimpin (guided
interview), yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured
interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), yaitu
wawancara yang dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini
responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah
disediakan oleh evaluator.
2)
Wawancara tidak terpimpin
(un-guided interview), yang sering dikenal dengan istlah wawancara
sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis (non-systematic
interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah
dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa
dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan
jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil
wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama
apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu
dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
Langkah-langkah
penyusunan wawancara :
·
Perumusan Tujuan
·
Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang
dinilai
·
Penyusunan kisi-kisi
·
Penyusunan pedoman wawancara
·
Lembaran penilaian
Tujuan wawancara adalah
sebagai berikut:
·
Untuk memperoleh informasi
secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu
·
Untuk melengkapi suatu
penyelidikan ilmiah
·
Untuk memperoleh data agar
dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu
Dalam wawancara terdapat
kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihannya adalah:
·
Pewancara sebagai
evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain) dapat berkomunikasi secara
langsung, dengan peserta didik, sehingga informasi yang diperoleh dapat
diketahui objektivitasnya, juga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih
lengkap dan mendalam.
·
Pelaksanaan wawancara
lebih fleksibel, dinamis, dan personal
·
Data dapat diperoleh baik
dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif
·
Dapat memperbaiki proses
dan hasil belajar
Sedangkan kelemahannya
dari wawancara:
·
Jika jumlah peserta didik
cukup banyak, maka proses wawancara banyak menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
·
Adakalanya wawancara terjadi berlarut-larut
tanpa arah, sehingga data kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan
·
Sering timbul sikap kurang
baik dari peserta didik yang diwancarai dan sikap overaction dari guru
sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya adaptasi diri antara pewancara
dengan orang yang diwawancarai.
Contoh
wawancara :
Tujuan : memperoleh informasi mengenai
cara belajar siswa dirumah
Bentuk : bebas
Responden : siswa yang memperoleh prestasi yang
tinggi
Nama siswa :……………..
Kelas :……………..
Jenis kelamin :……………..
Bentuk
pertanyaannya sekaligus jawaban peserta didik dari hasil wawancara guru mampu
mengambil keputusan diantaranya :
·
Apa tujuan anda
sekolah disini ?
·
Apa cita-cita
anda ?
·
Kapan dan
berapa lama anda belajar sekolah ?
·
Bagaimana anda
mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif ?
·
Seandainya jika
anda mengalami kesulitan belajar untuk mempelajarinya, apa usaha anda agar
kesulitan belajar bisa dilewati
2.
Pengamatan (observation)
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sebagai
sasaran pengamatan. Alat yang digunakan dalam observasi disebut pedoman
observasi
Secara
umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Adapun
ciri-ciri observasi sebagai berikut:
·
dilakukan
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahuluØ
·
direncanakan
secara sistematisØ
·
hasilnya
dicatat dan diolah sesuai tujuan
·
perlu diperiksa
ketelitiannya.Ø
Tujuan utama observasi adalah:
·
mengumpulkan data dan
inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan,
baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
·
Untuk mengukur perilaku
kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik
dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan
sosial (social skill)
Dalam evaluasi
pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan
guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial
sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial
lainnya.
Observasi mempunyai
beberapa karakteristik, antara lain:
·
Mempunyai arah dan tujuan
yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan observasi tidak
menyimpang dari permasalahan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya evaluator
harus menggunakan alat yang disebut dengan pedoman observasi.
·
Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara
sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional
·
Terdapat berbagai aspek
yang akan diobservasi.
·
Praktis penggunaannya.
Menurut cara
dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a)
Observasi partisipatif dan
nonpartisipatif
Observasi partisipatif dalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil
bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukanoleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar
garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasinonpartisipatif,
guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
b)
Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis
adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang
berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila
dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak
menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah
membuat kategori-kategori yangakan diamati,
misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasamadan
kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku muriddalam
menanam bunga.Kalau observasi nonsistematis
maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapilangsung
mengamati anak yang sedang menanam bunga.
c)
Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental
adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapisistematis.
Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagaiakibat dari
situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan
untuk:
·
Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung
dalam diri siswa.
·
Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh
siswa maupun kelompok
·
Suatu tes essay / obyektif
tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapatmenjelaskan
pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswadalam
mengumpulkan data
Dilihat dari kerangka
kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
§ Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah
ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang
telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan
dan dibatasi dengan jelas dan tegas.
§ Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver
tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya
dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari
teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
§ Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek
yang diselidiki.
§ Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara,
baik teknik maupun alat tertentu.
§ Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut
ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
Sifat Observasi
Observasi yang
baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
a)
Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
b)
Direncanakan secara sistematis
c)
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan
tujuan
d)
Dapat diperika validitas, rehabilitas dan
ketelitiaanya.
Sebagai instrumen evaluasi
yang lain, observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
observasi antara lain:
o
Observasi merupakan alat
untuk mengamati berbagai macam fenomena
o
Observasi cocok untuk
mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu
kegiatan
o
Banyak hal yang tidak
dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
o
Tidak terikat dengan
laporan pribadi.
Langkah-langkah menyusun
observasi :
o
Merumuskan tujuan
o
Merumuskan kegiatan
o
Menyusun langkah-langkah
o
Menyusun kisi-kisi
o
Menyusun panduan observasi
o
Menyusun alat penilaian
Adapun kelemahan dari
observasi adalah:
o
Seringkali pelaksanaan
observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang
menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
o
Biasanya masalah pribadi
sulit diamati.
o
Jika yang diamati memakan
waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
Adapaun langkah-langkah
penyusunan pedoman observasi adalah sebagai berikut:
o
Merumuskan tujuan
observasi
o
Membuat lay-out atau kisi-kisi
observasi
o
Menyusun pedoman observasi
o
Menyusun aspek-aspek yang
akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan
kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran
o
Melakukan uji coba pedoman
observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
o
Merifisi pedoman obsevasi
berdasarkan hasil uji coba
o
Melaksanakan observasi
pada saat kegiatan berlangsung
o
Mengolah dan menafsirkan
hasil observasi
Contoh pedoman observasi
praktek mengajar :
Nama :
Matapelajaran :
Pokok bahasan :
Kelas / semester :
Hari / tanggal :
Kompetensi dasar :
No
|
Aspek-aspek yang diobservasi
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
ket
|
1
|
Tahap orientasi :
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
pembukaan
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
mengabsen peserta didik
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
mengemukakan tujuan
|
|
|
|
|
|
|
|
d.
apersepsi
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Tahap inti :
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
mengemukakan pokok-pokok materi
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
menjelaskan materi
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
memberi contoh dan stimulus
|
|
|
|
|
|
|
|
d.
penggunaan multimetode dan media
|
|
|
|
|
|
|
|
e.
kejelasan bahasa
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Tahap
kulminasi :
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
merangkum materi
b.
penilaian
|
|
|
|
|
|
|
Simpulan :
Saran :
Observi, observer,
(………) (……….)
3.
Angket (questionnaire)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akandiukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner
dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat
dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan
secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilaiatau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan
secara tidak langsung apabila nagket itudiberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang
lain. Misalnyadiberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada
temannya.Angket adalah daftar pertanyaan
yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yangmemberikan jawaban,
angket dibagi menjadi angket langsung angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh
orang yang diminta jawabannya.Sedangkan
angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang
dekatdan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai
jawaban adalahseseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak,
tetangga atau anggota keluarganya.
Dan bila ditinjau dari
segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket tertutup danangket terbuka. Angket tertutup adalah daftar pertanyaan yang memiliki
dua atau lebih jawaban
dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yangia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah
daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan
pendapatnya secara terperinci sesuai dengan apayang ia ketahui.
Angket juga dapat
digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda
dengan wawancara, dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung (face
to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan
menggunakan angket, pnegumpulan data sebagai bahan penilai hasil belajar jauh
lebih praktis, menghemat waktu dan tenaga. Hanya saja, jawaban yang diberikan
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebanarnya.\
Pada umunya tujuan
penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah
untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganilisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Disamping itu,
juga dimaksudkan untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum
dan progam pembelajaran.
Data yang dapat dihimpun
melalui kuesioner, misalnya adalah data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik dalam proses
pembelajaran, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan belajar, motivasi dan
minat belajar, sikap belajarnya, sikap terhadap mata pelajaran tertentu,
pandangan siswa terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap
proses pembelajaran dan sikap mereka terhadap guru.
Kuesioner sering digunakan
untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa kuesioner bentuk
pilihan ganda (mutiple choice item) dan dapat pula berbentuk skala
sikap. Skala yang mengukur sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk
mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert.
Kuesioner sebagai alat
evaluasi juga sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta
didik maupun peserta didik sendiri, dimana data yang telah diperoleh melalui
kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi
kasus-kasus tertentu yang menyangkut dari peserta didik.
Langkah-langkah menyusun angket :
§ Merumuskan tujuan
§ Merumuskan kegiatan
§ Menyusun langkah-langkah
§ Menyusun kisi-kisi
§ Menyusun panduan angket
§ Menyusun alat penilaian
Contoh : angket
Mata pelajaran
Matematika
Aspek-aspek pembelajaran
|
ya
|
kurang
|
tidak
|
Penyempaian
pokok-pokok materi
|
√
|
|
|
Alat media
|
|
√
|
|
Kejelasan bahasa
|
√
|
|
|
Memberikan contoh dan stimulus
|
|
√
|
|
Tanya jawab
|
|
√
|
|
Diskusi kelas
|
|
|
√
|
4.
Study Kasus (case study)
Studi kasus adalah
mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat
perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban,
sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru
menjawab tiga percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
Ø
Mengapa kasus tersebut
bisa terjadi?
Ø
Apa yang dilakukan oleh
seseorang dalam kasus tersebut?
Ø
Bagaimana pengaruh tingkah
laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian.
Studi ini menyangkut integrasi dan
penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar
untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut.
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari
berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data.
Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan
wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar
belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan,
perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui
selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak
dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
5.
Pemeriksaan Dokumen (documentary
analysis)
Evaluasi mengenai
kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik
non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana
peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga
dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua
peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen
yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah,
ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
Beberapa informasi, baik
mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin
pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkapbagi pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.
6.
Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan
pola pertalian dan kedudukan seseorangdalam
suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilaihubungan sosial dan tingkah laku sosial dari
murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputistuktur hubungan individu,
susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana
keadaan hubungan social dari tiap-tiapanak dalam suatu kelompok atau
kelas.
Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada
3 yaitu:
·
pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua
murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan
sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan
mengapaharus memilih teman itu.Contoh: Nama
: Tono Kelas : III A Teman yang saya pilih:
o Candra Karena
aktif belajar dan pandai
o Sumarsono
Karena tegas dalam berbicara
o Nunung Karena
penurut
1)
Langkah pembuatan table
Guru membuat tabel dalam
materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam langkah
pemilihan teman.
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
A
|
|
x
|
|
x
|
|
B
|
|
x
|
x
|
x
|
|
C
|
x
|
|
|
|
x
|
D
|
|
x
|
|
|
x
|
E
|
|
|
x
|
|
|
2)
Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik
sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atausosiogram. Dalam pembuatan
sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah,
agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih. Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat
mengetahui bagaimana kedudukan dan relasisosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari
sosiogram ini dapatdibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak
dan kepribadiannya dalam kelompok.
Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat
berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:
§ Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian
tugas)
§ Untuk pengarahan dinamika kelompok
§ Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan
kepadasetiap anak
7.
Catatan Insidental (Anecdotal Records)
Adalah catatan-catatan singkat tentang
peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan.
Catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta
didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didik. Catatan
tersebut biasanya berbunyi :
a.
Tanggal 23 Februari 2008, Gita menangis sendiri
dibelakang sekolah. Tanpa sebab
b.
Tanggal 21 April 2008 Gita berkelahi dengan
Galih karena Gita berkata “Galih anakm pungut”
c.
Tanggal 16 Mei 2001 Gita berkelahi dengan Gina,
karena menuduh Gina mencuri uang Gita
d.
Dan sebagainya
Catatan insidental semacam ini mungkin belum
berarti apa-apa bagi keperluan penilaian Gita, tetapi setelah dihubungkan
dengan data-data yang lain sering kali memberikan petunjuk yang berguna.
Catatan ini dapat dibuat dibuku khusus atau pada kartu-kartu kecil, sehingga memudahkan
dalam penafsirannya.
Contoh : kartu catatan insidental
Hari /
tanggal / bulan / tahun : Rabu, 21 April 2008
Nama peserta
didik : Gita
Nama SD /
Kelas : SD Negeri II
Palembang / kelas V
Nama
observer : Anggi
Tempat
observasi : di dalam
kelas
|
Catatan :
peristiwa : Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata : Galih anak
pungut. Kesimpulan sementara : Gita membuat orang tidak senang.
|
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
pelaksanaan catatan insidental, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :
§ Tetapkan
terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan. Dalam hal
apakah penyelidikan itu harus dilakukan
§ Setiap kegiatan
pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan sementara. Kesimpulan
final baru ditentukan setelah membandingkan beberapa kesimpulan sementara dari
beberapa kegiatan pencatatan
§ Fokus perhatian
guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu diselidiki itu
8.
Daftar cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi
subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru
sebagai penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapun kecilnya, tetapi
dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan
dalam daftar cek, kemudian tinggal memberikan tanda centang ( √ ) pada
tiap-tiap aspek tersbut sesuai dengan hasil penilaiannya. Daftar cek banyak
manfaatnya antara lain :
§ Membantu guru
untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati
§ Dapat
memberikan informasi kepada stakeholder
Namun, penilaian tetap harus waspada
kemungkinan perilaku penting yang belum tercakup didalam daftar cek, karena itu
penilaian jangan terlalu kaku dengan apa yang sudah tertulis dalam daftar cek
tersebut.
Contoh :
no
|
Nama siswa
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
1
|
Nano waryono
|
|
√
|
|
|
|
2
|
Elin roslina
|
|
|
√
|
|
|
3
|
Arie apriadi
|
√
|
|
|
|
|
4
|
Angga zalindra
|
|
|
√
|
|
|
5
|
Ardi maulana
|
|
|
|
√
|
|
Keterangan :
SB : sangat baik
B :
baik
C :
cukup
K :
kurang
SK : sangat kurang
Daftar cek tentang kebiasaan belajar
Nama :
Kelas
:
Umur : Sekolah
:
no
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Kegiatan
diskusi
|
|
|
|
|
|
2
|
Membuat
rangkuman
|
|
|
|
|
|
3
|
latihan
|
|
|
|
|
|
4
|
Balajar
sendiri dan belajar kelompok
|
|
|
|
|
|
5
|
Tanya jawab
|
|
|
|
|
|
9.
Skala penilaian
Dalam daftar cek, penilai hanya dapat mencatat
hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan
dalam skala penilaian fenomena-fenoma yang akan dinilai itu disusun dalam
tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara
mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu tetapi lebih jauh mengukur bagaimana
intensitas gejala yang ingin diukur. Pencatatan melalui daftar cek termasuk
pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya dicatat ada atau tidak. Hal ini
agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa,
aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam tingkat-tingkat tertentu. Oleh
karena itu, unutk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya digunakan skala
penilaian.
Namun demikian, skala penilaian juga mempunyai
kelemahan antara lain : “ ada kemungkinan hallo effects, generosity effects,
dan cary over effects”.
v Ada kemungkinan
hallo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul jika dalam pencatatan observasi
terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada peserta didik sementara ia tidak
menyelidiki kesan-kesan umum itu. Misalnya, seorang guru terkesan oleh sopan santun
dari peserta didik sehingga memberikan nilai tinggi pada segi-segi yang lain,
padahal mungkin peserta didik tersebut tidak demikian adanya. Bisa juga guru
terkesan dengan model berpakaian atau penampilan umum peserta didik. Begitu
juga sebaliknya, seorang guru mungkin memberikan nilai yang rendah, karena
peserta didik kurang sopan dan tidak berpakaian rapih.
v Generosity
effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan untuk berbuat
baik. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu maka ia cenderung akan
memberikan nilai yang tinggi.
v Carry over
effects, yaitu kelemahan yang akan muncul jika guru tidak dapat memisahkan
suatu fenomena dengan fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinialai
baik, maka fenomena yang lain akan dinilai baik pula.
Contoh : skala
penilaian
No
|
|
ST
|
T
|
S
|
R
|
SR
|
1
|
Sopan santun
|
|
|
|
|
|
2
|
Tolong menolong
|
|
|
|
|
|
3
|
Bersikap ramah
|
|
|
|
|
|
4
|
pemberani
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengganggu teman
|
|
|
|
|
|
6
|
peramah
|
|
|
|
|
|
7
|
egois
|
|
|
|
|
|
8
|
agresif
|
|
|
|
|
|
10.
Inventori kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya, pada inventori,
jawaban peserta didik tidak memakai kriteria benar-salah. Semua peserta didik
adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun demikian,
dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk kuantifikasi jawaban sehingga
dapat dibandingkan dengan kelompoknya. Aspek-aspek kepribadian yang biasanya
dapat diketahui melalaui inventori ini, seperti sikap, minat, sifat-sifat
kepemimpinan, dan dominasi.
Pada akhirnya guru harus memilih bentuk-bentuk
sesuai dengan ranah yang diukur, seperti ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Dalam pedoman penilaian depdiknas ( 2006 )
dikemukakan bahwa keterkaitan antara ranah kognif, afektik, dan psikomotorik
dalam penilaian dapat divisualkan pada tabel berikut ini :
11.
Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah
laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek
tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak
berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja
bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu mngetahui norma-norma yang ada pada
peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama
terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah.
Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu,
dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala
likert, peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif
saja tetapi memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif .
Untuk membuat skala Likert dapat mengikuti
langkah-langkah berikut :
·
Memilih variabel efektif yang akan diukur
·
Membuat beberapa pernyataan tenang variabel
efektif yang akan diukur
·
Mengklasifikasikan pernyataan positif dan
negatif
·
Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka
yang dapat menjadi alternatif pilihan
·
Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi
sebuah alat penilaian
·
Melakukan uji coba
·
Membuang butir-butir pernyataan yang kurang
baik
·
Melaksanakan penilaian
Contoh : sikap peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TT
|
TS
|
STS
|
1
|
Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran bahasa indonesia
|
|
|
|
|
|
2
|
Saya berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran bahasa indonesia
|
|
|
|
|
|
3
|
Saya suka menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
|
|
|
|
|
|
4
|
Saya tertarik artikel yang berhubungan dengan budaya indonesia
|
|
|
|
|
|
5
|
Saya memperkaya materi dari guru bahasa indonesia dan membaca
buku-buku sumber sebagai penunjang
|
|
|
|
|
|
6
|
Saya senang mengerjakan tugas pelajaran bahasa indonesia di rumah
|
|
|
|
|
|
7
|
dst
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
SS : sangat setuju
S : setuju
TT : tidak tahu
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
12.
Teknik
pemberian penghargaan kepada peserta didik
Teknik
pemberian penghargaan ini dianggap penting karena banyak respons dan tindakan
positif dari peserta didik yang timbul akibat tindakan belajar, tetapi kurang
mendapat perhatian dan tanggapan yang serius dari guru. Seharusnya, guru
memberikan penghargaan kepada setiap tindakan positif dari peserta didik dalam
berbagai bentuk, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar.
Dalam pemberian
penghargaan ada dua teknik yang dapat digunakan guru, yaitu
·
Verbal,
pemberian penghargaan berupa pujian, dorongan, dukungan. Dengan menggunakan
kata bagus,benar, baik dan sebagainya
·
non verbal, pemberian penghargaan melalui
o
mimik dan
gerakan tubuh seperti acungan jempol
contoh :
Daftar cek pemberian
penghargaan oleh guru kepada peserta didik
Nama Guru :
Jenis Kelamin :
Mata Pelajaran :
Kelas :
No
|
Jenis
pemberian penghargaan
|
dilakukan
|
Tidak
dilakukan
|
keterangan
|
1
|
Kata -kata
|
|
|
|
|
bagus
|
|
|
|
|
baik
|
|
|
|
|
benar
|
|
|
|
|
tepat
|
|
|
|
|
sempurna
|
|
|
|
2
|
Kalimat
|
|
|
|
|
Prestasi kamu baik sekali
|
|
|
|
|
Saya senang dengan hasil kerja kamu
|
|
|
|
|
Saya senang kamu masuk tepat waktu
|
|
|
|
|
Penampilan kamu baik sekali hari ini
|
|
|
|
|
Pendapat kamu sangat baik
|
|
|
|
3
|
Gerakan atau isyarat
|
|
|
|
|
Mengangkat jempol
|
|
|
|
|
Mengangguk dan menampilkan mimik muka yang ramah
|
|
|
|
|
Memperhatika dengan sungguh-sungguh terhadap pertanyaan peserta
didik
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Zaenal
Arifin, M.Pd “Evaluasi Pembelajaran”. Bnadung : PT.Remaja Rosdakarya
Terima Kasih Kak, sangat bermanfaat ilmunya... Gotcha
BalasHapusTerima kasih, Kak. Ilmunya sangat bermanfaat. :)
BalasHapushalo kak.izin bertanya.
BalasHapuskelebihan dan kekurangan catatan insidental apa ya kak?