Senin, 07 Januari 2013

Contoh Teks Drama


Nama : Yossi Pratiwi
PGSD 3/3
NIM : 40211117

AYAM PAK MENTERI
Suatu malam di akhir bulan Desember pintu barak yang terbuat dari kayu dan terletak di daratan tinggi yang tandus ditekuk dengan keras.
“Bangun, Tuan ! Ada masalah genting !”
Aku membuka pintu dan disambut oleh angin musim dingin yang menerjang tubuh ku yang menggigil. 
“Apa yang terjadi, Ibrahim?”
“Truk pengangkut ayam India rusak di jalan raya!”
“Apa hubungannya dengan kita?”
“Orang-orang mengatakan ia milik Bapak Menteri, Tuan.”
Sebelum pikiranku yang kaget memahami apa yang terjadi, dering telepon terus menerus memanggilku. Aku mengangkatnya dan mendengarnya suara kepala proyek bergetar dan penuh rasa takut.
“Insinyur Marwan, mulai detik ini Andalah yang bertanggung jawab atas hidup matinya ayam pak menteri itu!”
“Tapi, aku ini Insinyur swasta.”
“Jangan lari dari tanggung jawab! Pria sejati adalah orang yang muncul pada waktu-waktu sulit! Sejak saat ini ayam-ayam Pak Menteri menjadi tanggungjawab Anda. Jangan sampai ada seekor ayam pun yang mati!”
Bersama Ibrahim aku bergegas turun ke jalan raya dan mencium aroma-aroma tidak sedap dari sela-sela pegunungan.
Akhirnya kami sampai di sebuah truk yang berdiri tegak dalam kegelapan tanpa bisa bergerak sedikitpun seumpama seekor binatang yang sedang sakit, dijaga oleh 4 orang penjaga yang terlihat bengis dan kejam.
“Mengapa kalian terlambat?” Tanya penjaga yang terpendek kepada kami.
“Cepat! Ayam-ayam majikan ku tak akan mampu bertahan lebih dari satu jam dalam kondisi yang sangat dingin seperti ini, “ teriak penjaga yang paling gemuk sambil menyeka air matanya.
Aku bersama Ibrahim berlari ke asarama buruh. Rupanya mereka telah tenggelam dalam mimpi-mimpi indah mereka setelah bekerja keras seharian. Kami menyatakan lampu.
“Ayo bangun sekarang! Ada masalah genting!” teriak Ibrahim.
“Apa yang terjadi? Gempa Bumi?”  
“Tidak ……tidak ………”
“Kebakaran ……… banjir ………?”
“Lebih genting lagi……lebih genting lagi!”
“Kalau begitu telah terjadi peperangan?”
“Tidak …… tidak….. truk Pak Menteri rusak di jalan raya dan ayam-ayamnya dalam bahaya besar…..”
Kebisuan meliputi mereka semua. Mereka memandangi kami dengan penuh kebingungan. Aku tak mengizinkan mereka ditanya lebih jauh. Aku memanfaatkan kebingungan mereka dengan berteriak.
“ Ayo kita berangkat! Tiap-tiap orang dari kalian harus membawa selimutnya dan mengikutiku untuk menyelamatkan ayam-ayam tersebut.”
Mereka bangkit dengan perasaan mendongkol dan mengikutiku sambil mencaci maki semua makhluk yang berbulu dan berkuku serta seluruh nakhluk yang berjalan, mernagkak, terbang, dan melompat.
Kami sampai di tempat truk sial itu. Aku menyuruh tiap-tiap orang dari mereka membawa dua ekor ayam, menyelimutinya, mendekapnya dengan penuh kasih saying serta mengajaknya berbicara dengan lembut. Akhirnya seluruh ayam bisa dipindahkan ke asrama buruh kecuali dua ekor ayam yang melompat dari pintu mobil dengan memanfaatkan kegelapan malam dan menghilang di dasar lembah. Kami tidak berhasil menemukannya meski kami telah melakukan pencarian intensif atas perintah kepala proyek, Abdul Fatah, yang khawatir kalau kedua ayamnya tersebut akan dimangsa oleh cuaca dingin yang sangat mencekam, ditnagkap oleh seorang pencuri yang rakus atau dimangsa oleh musang yang cerdik. Semua upaya kami ternyata sia-sia dan tak membawa hasil.
Ayam-ayam yang selamat bertebaran di seluruh sudut ruangan asrama. Sesaat kemudian kami mendengar suara kepala proyek berteriak keras lewat pengeras suara,
“Ayo nyalakan semua lampu minyak, lampu listrik, dan lampu gas.”
Hanya dalam hitungan menit rasa hangat telah menyeruak ke persendian ayam-ayam itu dan mereka pun memancar dan menari-nari di seua tempat yang ada dalam asrama sesuka hati. Kemudian seekor ayam menyendiri di antara lorong dan tempat tidur sambil sesekali memandnag wajah-wajah kusut dengan penuh keangkuhan.
Aku duduk bersama para buruh dengan wajah kecut sambil memperhatikan seekor ayam yang berterbangan dan meloncat-loncat penuh kebebasan. Tak lama kemudian kami melihat seekor ayam yang lain meloncat sesuka hatinya ke atas salah satu tempat tidur atau ke atas salah satu almari. Dan hamper saja salah seorang buruh memicu terjadinya pertempuran berdarah saat tanpa sengaja seperti yang dikatakanny ia memandang seekor ayam yang mematuk jari kakinya yang terluka dengan lahap. Para penjaga langsung menangkap orang ini dan memandanginya dengan puas. Lalu mereka mengikatnya dan mengancam akan membunuhnya bila sampai terjadi apa-apa pada ayam tersebut !
Sesudah beberapa perundingan yang melelahkan, berkali-kali permintaan maaf, beberapa janji yang terucap, penciuman jenggot yang kami lakukan serta ditambah dengan permintaan maaf yang dilakukan oleh si penendang kepada ayam yang ditendang, penciuman ayam olehnya, dan doa keselamatan yang dipanjatkannya untuknya, kami berhasil menyelamatkan buruh pemilik jari yang terluka itu dari tangan para penjaga ayam. Namun, bahaya yang mematikan rupanya tidak menimpa ayam yang ditendang dan justru menimpa empat ekor ayam lain yang tertidur pulas di dekat pintu sambil menggeletakkan lehernya dan memasrahkan diri kepada kematian sejak mereka masuk ke asrama. Kami bergegas menghampirinya seperti seorang ibu yang penuh kasih saying. Lalu kami memberinya makanan, minuman, obat, selimut, dan doa yang bisa kami berikan. Akan tetapi, mereka semua akhirnya mati tanpa memperdulikan ancaman Pak Menteri dan permohonan belas kasih kepala proyek. Walau terlihat sedih, aku tetap mengolok-olok orang yang layak kuolok-olok dan menghina orang yang yang pantas ku hina. Dan tatkala Pak Menteri menanyakan keadaan ayam-ayamnya itu kepadaku via telepon, air mataku membantuku dan aku menjawab, sambil mencucurkan air mata, “Ayam-ayam tersebut tidak mati. Akan tetaapi rohnya di angkat ke langit untuk mendoakan Anda agar selalu memperoleh taufik dan umur yang panjang!”.
Akan tetapi, dengan kecerdasannya yang luar biasa, Pak Menteri mengetahui apa yang telah terjadi dan menanggung musibah itu dengan kesabaran yang menakjubkan. Dia juga berterima kasih kepadaku atas tindakan-tindakan ku yang mulia serta menyuruhku menyembelih keempat ayam tersebut dengan cara islami karena ia bermaksud memanfaatkan dagingnya untuk suatu tujuan.
Kami terus begadang menjaga ayam-ayam itu hingga sebuah truk baru ang dibantu sebuah truk yang lain datang untuk mengangkutnya di pagi hari. Beberpa orang pekerja, beberapa orang pengawal dan beberapa orang dokter turun darinya. Lalu seluruh ayam dinaikkan setelah disterilisasi dari keempat bangkai ayang yang lain. Kemudian mereka meninggalkan kami tanpa sedikitpun mengucapkan terima kasih.
Catatan pertama; kami tidak berhasil menemukan kedua ayam yang melarikan diri tersebut hingga saat ini.
Cacatan kedua; nama tempat rusaknya mobil tersebut diberi nama, “belokan ayam Pak Menteri.”
Catatan ketiga; aku memberikan daging keempat ayam itu secara adil, dua ekor untuk yayasan sosial dan kedua ekor untuk anjing-anjing Pak Menteri.
 Catatan keempat; malama evakuasi ayam tersebut menjadi malam satu-satunya bagi kami untuk merasakan kehangatan di sepanjang musim dingin.
Catatan kelima; banyak dari kami berkhayal menjadi salah satu ayam Pak Menteri dan khayalan tersebut terwujud saat kepala, perut, punggung, pantat, beberapa orang yang beruntung dari kami ditumbuhi bulu. Selain itu, mereka juga bisa bertelur, mematuk, dan bersuara melebihi ayam sungguhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar