ARTIKEL TENTANG KETERAMPILAN MEMBERIKAN
PENGUATAN KEPADA PESERTA DIDIK
Pengertian
keterampilan memberikan penguatan menurut para ahli pendidikan
Ada beberapa pendapat
tentang pengertian keterampilan memberi penguatan diantaranya adalah :
a.
Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. [1]
b.
JJ. Hasibuan mendefinisikan memberikan penguatan diartikan dengan
tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku
tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.[2]
c.
Moh Uzer Usman menerangkan arti keterampilan memberi
penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal
ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai
suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau penguatan adalah respons terhadap
suatu tingkah laku yang dapat meningktkan kemunkinan berulangnya kembali
tingkah laku tersebut.[3]
d.
Made Pidarta menyebutkan bahwa keterampilan memberi penguatan
adalah “Penguatan terhadap individu-individu sehingga dia konsisten dengan
tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya menjadi lebih baik.[4]
e.
A. Mursal dan H.M. Taher menjelaskan bahwa keterampilan memberi
penguatan adalah “Suatu alat pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai
imbalan terhadap prestasi belajar yang dicapai.[5]
f.
Sudirman menerangkan bahwa keterampilan memberi penguatan
adalah “Alat pendidikan refresif yang menyenangkan untuk membina tingkah laku
yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah, tanda penghargaan, pemberian
kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa.[6]
g. Toenlioe mengemukakan
bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Pemberian respon terhadap
suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah
laku yang direspon tersebut.[7]
a.
Mengapa
setiap guru harus memiliki keterampilan memberikan penguatan?
Secara psikologis
setiap orang membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha yang telah
dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan
bahwa hasil perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya akan
menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang lebih baik
dalam melaksanakan tugasnya. Penghargaan yang diberikan terhadap seseorang yang
telah menunjukkan perbuatan baik, tidak selalu harus dalam bentuk materi,
akan tetapi bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain seperti memberikan pujian
dengan ucapan misalnya: terima kasih, bagus, sikapmu sangat baik, pakaianmu
rapih atau kata-kata lain yang sejenis, dimana seseorang yang mendapat pujian
atau penghargaan tersebut merasa dihargai.
Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon
positif terhadap perilaku yang telah ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan
“penguatan”. Dengan demikian yang dimaksud dengan penguatan (reinforcement)
pada dasarnya adalah “suatu respon yang diberikan terhadap perilaku atau
perbuatan baik, yang dapat memacu terulangnya perbuatan baik tersebut” Dalam
pengertian yang lain dikemukakan oleh Wina Sanjaya, bahwa keterampilan dasar
penguatan (reinforcement) adalah “Segala bentuk respon yang merupakan bagian
dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau umpan balik atas perbuatan atau respon siswa”
Dari dua pengertian keterampilan penguatan (reinforcement) yang telah disampaikan di atas, secara substantif memiliki kesamaan terutama dilihat dari beberapa unsur sebagai berikut :
Dari dua pengertian keterampilan penguatan (reinforcement) yang telah disampaikan di atas, secara substantif memiliki kesamaan terutama dilihat dari beberapa unsur sebagai berikut :
o
Suatu respon; yaitu respon atau
tanggapan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang (siswa) untuk
memberikan apresiasi sekaligus sebagai informasi yang terkait dengan perilaku
atau kinerja yang telah ditunjukkannya. Seseorang akan tahu letak kelebihan dan
kekurangan terhadap yang diperbuatanya, jika ada yang memberikan komentar atau
apresiasi. Seseorang akan terdorong untuk memperbaiki kelemahan dan
meningkatkan hal yang sudah dianggap positif setelah mengetahui dari respon
yang didapatkan.
o
Modifikasi tingkah laku; modifikasi
tingkah laku yaitu terkait dengan bentuk atau jenis respon yang diberikan
sebagai bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa.
Misalnya seorang siswa telah mengerjakan tugas dengan baik dan menyerahkan
tepat waktu, kemudian guru memberikan apresiasi (respon) terhadap tingkah laku
siswa yaitu menyerahkan tugas tepat waktu.
o
Dorongan atau koreksi; melalui pemberian
penguatan dalam bentuk respon apapun harus ditujukan pada upaya memberikan
dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya (akademik
maupun non akademik). Bentuk dan jenis penguatan yang dimaksudkan sebagai umpan
balik, harus dihindari dari kemungkinan buruk yaitu timbulnya malas, prustasi
dan sifat-sifat negative lainnya.
o
Dari uraian pengertian keterampilan
memberikan penguatan (reinforcement) yang telah dijelaskan di atas, kita bisa
merasakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari praktek-praktek tesebut sudah
sering dilaksanakan baik di lingkungan rumah (keluarga), dalam kehidupan
bermasyarakat, apalagi pada lingkungan pendidikan (sekolah),
walaupun tidak disadari bahwa perbuatan tersebut merupakan penerapan penguatan.
Misalnya ketika seorang ibu menyuruh anaknya membeli sabun mandi ke warung,
sekembalinya dari warung ibu menyampaikan ucapan terima kasih kepada anaknya.
Perbuatan anak membeli sabun kewarung adalah jenis perbuatan baik dan terpuji,
karena sudah mau membantu pekerjaan ibunya. Adapun ucapan terima kasih yang
disampaikan oleh ibu atas perilaku anaknya, adalah merupakan respons dan dengan
respon tersebut merupakan suatu modifikasi tingkah laku dari seorang ibu
terhadap tingkah laku seorang anak. Dengan ucapan terima kasih, anak akan
merasakan bahwa pekerjaannya membeli sabun ke warung ternyata mendapat
penghargaan. Dengan demikian diharapkan kebiasaan baik tersebut mungkin dalam
bentuk yang lain diharapkan akan terus dilakukan dan ditingkatkan.
Dalam
pembelajaran penguatan (reinforcement) memiliki peran yang sangat penting untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Pada saat yang tepat dan dengan
jenis penguatan yang tepat yang disampaikan pada proses pembelajaran, maka akan
berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran. Ketika anak
mengerjakan tugas atau ketika melakukan praktek di laboratorium, kemudian
karena dilihat oleh gurunya bahwa tugas yang dikerjakannya benar, demikian
pulan pada saat melakukan percobaan di laboratorium sudah sesuai dengan
petunjuk kerja yang ditetapkan, maka dengan penguatan yang disampaikan oleh guru
misanya “ok tugasmu sudah benar, dan proses praktek di laboratorium sudah
tepat”. Dengan demikian siswa sudah dapat mengukur kemampuannya, bahwa apa yang
dikerjakannya sudah benar dan sesuai dengan ketentuan. Itulah salah satu
manfaat dari pemberian penguatan, antara lain yaitu untuk memberikan informasi
kepada siswa (balikan) atas perbuatan atau pekerjaan yang telah
dilakukannya. Selain bagi siswa melalui pemberian penguatan akan
memberikan informasi juga bagi guru, mengenai proses pembelajaran yang telah
dilakukannya, apakah sudah efektif dan efisien atau sebaliknya.
Pujian
atau respon positif yang diberikan oleh guru kepada siswa yang telah
menunjukkan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, secara
psikologis siswa akan merasa bangga, karena ternyata perbuatannya dihargai, dan
dengan demikian akan menjadi mativator untuk terus berusaha menunjukkan prestasi
terbaiknya. Jika dicermati sepintas saja, mungkin hanya dengan ucapan terima
kasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghragaan secara verbal yang disampaikan
oleh guru kepada siswa, bagi guru (orang dewasa) yang memberi penguatan mungkin
akan dianggap tidak punya nilai atau tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi
bagi yang menerima pujian, yaitu siswa akan merasa senang karena apa yang
diperbuatnya mendapat tempat dan diakui. Siswa butuh pengakuan terhadap sesuatu
yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap
proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus melatih kemampuan untuk
mengembangkan berbagai jenis penguatan, dan membiasakan diri untuk
menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak hanya
menyajikan meteri untuk dikuasi oleh siswa, akan tetapi selalu bermuatan
nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu
saling menghargai
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai
atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina
tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri
dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh
mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan
sistematis.
Komponen-komponen itu adalah : Penguatan
verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan
berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan
dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan,
penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan
penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan
evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Penguatan
bertujuan untuk :
·
Meningkatkan perhatian peserta didik
terhadap pembelajaran
·
Merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar
·
Meningkatkan kegiatan belajar, dan
membina perilaku yang produktif
b.
Kapan guru memberikan penguatan kepada siswa ?
Penguatan
dapat diberikan oleh guru kepada semua siswa. Bagi siswa yang dapat
menyelesaikan masalah ( soal yang diberikan kepada guru ) guru dapat memberikan
penguatan berupa kata – kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat,
bapak / ibu puas dengan hasil kerja
kalian. Kemudian dapat dilakukan dengan gerakan atau gesture ( acungan jempol
). Bagi siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran ia juga tidak boleh
didiamkan melainkan diberi penguatan berupa motivasi dan pendekatan secara
intensif kepada siswa. Secara
keseluruhan penguatan harus dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran
berlangsung ( segera mungkin dilakukan ) dan bervariasi dan objeknya adalah
seluruh siswa. Pada dasarnya, penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian
peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar dan meningkatkan kegiatan belajar sera perilaku yang produktif.
c.
Bagaimana
cara memberikan penguatan ?
v Cara Penggunaan Penguatan kepada Siswa Tertentu
o Penguatan
harus jelas, kepada siapa ditujukan. Sebab bila tidak jelas akan kurang
efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu
menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
o Penguatan Kelompok
Penguatan
dapat diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya, apabila satu tugas telah
diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu untuk
bermain bola voli yang menjadi kegemarannya.
o Pemberian Penguatan
dengan Segera
Penguatan seharusnya
diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang diharapkan.
Penguatan yang ditunda pemberiannya cenderung kurang efektif.
Pada garis besarnya model penguatan dapat
dikelompokkan kedalam dua model, yaitu: 1) penguatan verbal dan 2) penguatan
non-verbal. Kedua bentuk/jenis penguatan ini memiliki fungsi yang sama yaitu
sebagai instrumen untuk memberikan respon dari guru terhadap respon dari siswa
pada saat terjadinya proses pembelajaran.
Perbedaanya terletak pada penerapannya yaitu
tergantung pada bentuk respon dari siswa, ada yang cocok dengan penguatan
verbal dan ada yang cocok dengan penguatan non-verbal, bahkan mungkin ada yang
lebih cocok dengan menggunakan model gabungan penguatan (verbal dan non
verbal). Adapun jenis-jenis atau bentuk penguatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Penguatan verbal
Penguatan verbal
merupakan respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau respon belajar
siswa yangdisampaikan melalui bentuk kata-kata/ lisan atau kalimat ucapan
(verbal). Penguatan melalui ucapan lisan (verbal) secara teknis lebih mudah dan
bisa segera dilaksanakan untuk merespon melalui ucapan terhadap setiap respon siswa.
Misalnya penguatan verbal dalam bentu a) kalimat seperti: kata bagus, baik,
luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata-kata lain yang sejenis, b) penguatan
verbal dalam bentuk kalimat seperti: pekerjaanmu rapi sekali, cara anda
menyampaikan argumentasi sudah tepat, berpikir anda sudah sistematis, makin
lama belajar anda nampak lebih disiplin, kelihatannya anda hadir selalu tepat
waktu, atau bentuk-bentuk pujian lain yang sesuai dengan perilaku yang
ditunjukkan oleh siswa.
2.
Penguatan Non-Verbal
Penguatan non verbal
sebaliknya dari penguatan verbal, yaitu respon terhadap perilaku belajar
(respon) siswa yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau ucapan lisan
(verbal), melainkan dengan perbuatan atau isyarat-isyarat tertentu yang
menunjukkan adanya pertautan dengan perbuatan belajar siswa.
Adapun jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non-verbal antara lain sebagai berikut :
Adapun jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non-verbal antara lain sebagai berikut :
a. Mimik
dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan
badan tertentu yang dilakukan oleh guru seperti: mengekspresikan wajah ceria,
senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan
gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon
siswa. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan (respon) dari guru
tersebut tentu akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi
siswa. Dalam menerapkan jenis penguatan non-verbal dapat dikombinasikan dengan
penguatan verbal, misalnya sambil mengatakan “bagus” guru menyertainya dengan
acungan ibu jari dan lain sebagainya.
b. Gerak
mendekati
Gerak mendekati
dilakukan guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau
bahkan duduk bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa
diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman. Kegiatan mendekati
sebagai salah satu bentuk penguatan non-verbal, dalam pelaksanaannya bisa
dikombinasikan dengan bentuk penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa,
guru menyampaikan pujian secara lisan, “bagus, teruskan pekerjaannmu” dan lain
sebagainya.
c. Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing). Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi efektif sesuai dengan tujuan penguatan, maka dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika, moral, dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi dan tujuan penguatan sentuhan (gesturing) dalam pembelajaran. Dengan sentuhan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif, dan oleh karenanya jika sentuhan tidak memperhatikan berbagai pertimbangan di atas, maka penguatan melalui sentuhan tidak akan efektif.
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing). Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi efektif sesuai dengan tujuan penguatan, maka dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika, moral, dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi dan tujuan penguatan sentuhan (gesturing) dalam pembelajaran. Dengan sentuhan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif, dan oleh karenanya jika sentuhan tidak memperhatikan berbagai pertimbangan di atas, maka penguatan melalui sentuhan tidak akan efektif.
d. Kegiatan
yang menyenangkan
Untuk
meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan
penguatan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekpresikan
kemampuannya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi siswa
yang telah menyelesaikan tugas lebih dulu, guru memberi kesempatan kepada siswa
tersebut untuk membimbing temannya yang belum selesai; Siswa yang memiliki
kelebihan dalam bidang seni diberi kesempatan untuk memimpin paduan suara;
siswa yang memiliki kegemaran dalam berorganisasi diberi kesempatan untuk
memimpin salah satu kegiatan tertentu., dan lain sebagainya. Dengan memberi
kesempatan kepada siswa menampilkan kelebihan yang dimiliki, siswa akan merasa
dihargai sehingga akan makin menambah keyakinan, kepercayaan diri yang sangat
perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
e. Pemberian
simbol atau benda
Simbol adalah
tanda-tanda yang diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar
siswa. Misalnya memberi tanda cheklis (V), paraf, komentar tertulis, tanda
bintang, dan simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan. Bentuk
lain seperti pemberian benda dapat dibenarkan selama benda yang diberikan itu
bersifat mendidik. Oleh karena itu pemberian penguatan dalam bentuk benda bukan
dilihat dari segi harga bendanya, melainkan makna atau pesan yang ingin
disampaikan yaitu sebagai bentuk penghargaan sekaligus penguatan atas perilaku
yang ditunjukkan siswa
f. Penguatan
tak penuh
Penguatan tak penuh
yaitu respon atas sebagian perilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya
apabila pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai,
maka guru mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba
dilengkapi lagi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari bahwa belum
sepenuhnya jawaban yang disampaikannya selesai, dan masih harus berpikir untuk
memberikan alasan yang lebih tepat.
Ø Prinsip Penguatan :
Penguatan
sebagai salah satu bentuk keterampilan dasar mengajar dimaksudkan untuk
memberikan informasi maupun koreksi terhadap proses belajar yang telah
dilakukannya. Melalui penguatan siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya,
sehingga akan menjdi pendorong untuk lebih meningkatkan kemampuan dan
kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari
penguatan yaitu untuk lebih mengefektifkan proses dan hasil pembelajaran, maka
dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut :
a. Kehangatan
dan keantusiasan
Setiap
pemberian penguatan baik penguatan verbal maupun non-verbal harus disertai
ketulusan dan keihlasan semata-mata menghargai perbuatan siswa. Oleh karena itu
setiap memberikan penguatan harus disertai perasaan atau mencerminkan perasaan
senang dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang
gembira, suara yang meyakinkan, atau isyarat yang menunjukkan tanda surprise,
dan lain sebagainya. Dengan kata lain penguatan itu harus memberikan kesan
positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan puas,
sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi
b. Kebermaknaan
Jenis
dan bentuk penguatan yang diberikan harus memiliki makna bagi siswa, yaitu
setiap jenis atau bentuk penguatan yang diberikan, baik melalui kata-kata,
isyarat maupun bentuk penguatan lain yang sejenis, harus dipilih dan
disesuaikan dengan makna yang terkandung di dalamnya. Kebermaknaan ini baik dari
segi akademik maupun non akademik. Kebermaknaan secara akademik yaitu melalui
penguatan yang diberikan dapat mendorong siswa untuk lebih berprestasi,
sedangkan makna non akademik bahwa dengan penguatan yang diberikan dapat
memfasilitasi siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan
berbagai aktivitas yang positif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c. Menghindari
penguatan negartif
Dalam
memberikan penguatan sebaiknya guru harus menghindari dari respon- respon
negatif. Misalnya kata-kata kasar dan tidak mendidik, cercaan, hinaan, isyarat
yang menyudutkan siswa. Dalam setiap proses pembelajaran sering terjadi proses
dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga
mengakibatkan guru merasa tidak puas dengan proses dan hasil yang ditunjukkan
siswa. Kemudian secara spontan muncul keinginan untuk membentak,
mengeluarkan kata-kata menyindir dan penguatan nagatif lainnya. Mungkin
maksudnya baik, yaitu untuk lebih meningkatkan proses dan hasil pembelajaran secara
lebih berkualitas, akan tetapi dengan mengeluarkan kata-kata atau isyarat
(penguatan negatif), harus dihindari.
Apabila
guru merasa kurang puas terhadap proses dan hasil pembelajaran yang ditunjukkan
oleh siswa dan ingin memperbaikya melalui bentuk penguatan, sebaiknya dicarai
kata-kata atau isyarat (penguatan) yang dapat menyentuh perasaan siswa,
sehingga menimbulkan kesadaran pada diri siswa untuk merubah perilaku
belajarnya. Misalnya guru berkata “saya tahu anda telah belajar secara
maksimal, akan tetapi hasilnya ternyata masih belum sesuai dengan yang
diharapkan, mungkin masih ada yang kurang dan harus dicari cara lain yang lebih
tepat dalam melakukan kegiatan belajarnya, sehingga hasilnya akan lebih baik
dari hari ini”. Dengan demikian siswa tidak merasa sia-sia dengan bejalar yang
telah dilakukannya, walaupun hasilnya belum memuaskan.
Tujuan
menerapkan atau memberikan penguatan dalam pembelajaran, sasaran utamanya yaitu
untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat meningkatkan
mutu proses maupun hasil pembelajaran. Agar penerapan penguatan mencapai
sasaran yang diharapkan, maka dalam pemilihan dan penerapannya selain harus
mengikuti prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di atas, juga harus
mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:
·
Sasaran penguatan
Agar
penguatan dapat berjalan secara efektif, maka setiap jenis dan bentuk penguatn
yang diberikan oleh guru harus tepat pada sasarannya. Ketepatan sasaran
tersebut meliputi dua aspek, yaitu a) ketepatan jenis atau bentuk penguatan
yang digunakan (verbal atau non-verbal), b) ketepatan pada siswa yang akan
menrima penguatan tersebut, apakah kepada semua siswa dalam satu kelompok
belajar, atau kepada kelompok tertentu, atau kepada siswa secara perseorangan.
Misalnya
jika penguatan itu diberikan kepada salah seorang siswa, maka harus jelas siswa
mana yang dituju dengan penguatan yang diberikan itu, demikian pula terhadap
perbuatan atau perilaku belajarnya. Misalnya apakah penguatan itu terkait
dengan hasil karyanya, cara penampilan, penguasaan materinya, disiplin,
kerjasama, kepemimpinan, dan bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan oleh siswa
tersebut.
·
Dilakukan dengan segera
Setiap
penguatan yang diberikan oleh guru, hendaknya dilakukan dengan segera, yaitu
pemberian penguatan (verbal atau non-verbal) diberikan atau dilakukan bersamaan
atau sesaat setelah perilaku belajar (respon) yang ditampilkan oleh
masing-masing siswa. Misalnya apabila guru melihat siswa dengan kesadaran
sendiri membuang sampah pada tempatnya, segera hampiri siswa tersebut dan
sampaikan penghargaan pada saat itu pula, misalnya “terima kasih anda telah
membuang sampah pada tempatnya”. Dengan kata lain bahwa antara penguatan yang
diberikan oleh guru dengan perbuatan belajar siswa sebaiknya tidak menunggu
waktu berlama-lama, tapi segera berikan penguatannya pada saat itu pula
· Penguatan
secara bervariasi
Perilaku
yang ditunjukkan siswa dari proses dan hasil pembelajarannya meliputi tiga
unsur yaitu: a) pengetahuan,, b) sikap dan c) keterampilan. Ketiga jenis
perilaku hasil belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, dan
oleh karena itu maka jenis maupun bentuk penguatan yang diberikan oleh guru pun
harus disesuaikan dengan karaktersitik perilaku belajar yang ditunjukkan oleh
siswa itu sendiri (agar lebih bermakna). Untuk memilih dan menetapkan jenis
atau bentuk penguatan yang tepat atau sesuai dapat disiasati dengan menggunakan
penguatan secara bervariasi. Misalnya, memadukan antara penguatan secara verbal
dan non verbal, sehingga akan memungkinkan dapat merespon terhadap segala
bentuk atau aspek perilaku belajar siswa. Selain itu melalui pemberian
penguatan yang menggabungkan (variasi) antara penguatan verbal dan non verbal,
maka akan terjadi proses pembelajaran yang dinamis.
[1]
Adljfhdbahadbnfamsbh (EDIT)
[2] JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,
PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 58.
[3] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT.
Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 80.
[4] Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Rineka Cipta,
Jakarta, 1997, hal. 203.
[5] A. Mursal dan H.M. Taher, Kamus Ilmu Jiwa dan
pendidikan, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1979, hal. 50.
[6] Sudirman, Ilmu Pendidikan, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 1992, hal. 329.
[7] A. Toenlioe, Teori dan Praktek Pengelolaan Kelas,
Usaha Nasional Cece Wijaya, Surabaya, hal. 47
terima kasih, postingannya sangat membantu...
BalasHapus