Senin, 07 Januari 2013

Artikel Memberikan Keterampilan Penguatan Kepada Peserta Didik


ARTIKEL TENTANG KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN KEPADA PESERTA DIDIK
Pengertian keterampilan memberikan penguatan menurut para ahli pendidikan
Ada beberapa pendapat tentang pengertian keterampilan memberi penguatan diantaranya adalah :
a.       Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. [1]
b.      JJ. Hasibuan mendefinisikan memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu  siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.[2]
c.         Moh Uzer Usman menerangkan arti keterampilan memberi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Atau penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningktkan kemunkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.[3]
d.      Made Pidarta menyebutkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Penguatan terhadap individu-individu sehingga dia konsisten dengan tingkah lakunya yang sudah baik serta meningkatkannya menjadi lebih baik.[4]
e.       A. Mursal dan H.M. Taher menjelaskan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Suatu alat pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi belajar yang dicapai.[5]
f.       Sudirman menerangkan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Alat pendidikan refresif yang menyenangkan untuk membina tingkah laku yang dikehendaki dengan memberikan pujian, hadiah, tanda penghargaan, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa.[6]
g.      Toenlioe mengemukakan bahwa keterampilan memberi penguatan adalah “Pemberian respon terhadap suatu tingkah laku dengan maksud untuk mendorong berulang kembalinya tingkah laku yang direspon tersebut.[7]

a.      Mengapa setiap guru harus memiliki keterampilan memberikan penguatan?
Secara psikologis setiap orang membutuhkan penghargaan terhadap sesuatu usaha yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya dihargai, mendapatkan tempat dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. Penghargaan yang diberikan terhadap seseorang yang telah menunjukkan perbuatan baik,  tidak selalu harus dalam bentuk materi, akan tetapi bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain seperti memberikan pujian dengan ucapan misalnya: terima kasih, bagus, sikapmu sangat baik, pakaianmu rapih atau kata-kata lain yang sejenis, dimana seseorang yang mendapat pujian atau penghargaan tersebut merasa dihargai.

Pujian melalui kata-kata atau memberikan respon positif terhadap perilaku yang telah ditunjukkan oleh seseorang disebut dengan “penguatan”. Dengan demikian yang dimaksud dengan penguatan (reinforcement) pada dasarnya adalah “suatu respon yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan baik, yang dapat memacu terulangnya perbuatan baik tersebut” Dalam pengertian yang lain dikemukakan oleh Wina Sanjaya, bahwa keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah “Segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik atas perbuatan atau respon siswa”
Dari dua pengertian keterampilan penguatan (reinforcement) yang telah disampaikan di atas, secara substantif memiliki kesamaan terutama dilihat dari beberapa unsur sebagai berikut :
o    Suatu respon; yaitu respon atau tanggapan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang (siswa) untuk memberikan apresiasi sekaligus sebagai informasi yang terkait dengan perilaku atau kinerja yang telah ditunjukkannya. Seseorang akan tahu letak kelebihan dan kekurangan terhadap yang diperbuatanya, jika ada yang memberikan komentar atau apresiasi. Seseorang akan terdorong untuk memperbaiki kelemahan dan meningkatkan hal yang sudah dianggap positif setelah mengetahui dari respon yang didapatkan.
o    Modifikasi tingkah laku; modifikasi tingkah laku yaitu terkait dengan bentuk atau jenis respon yang diberikan sebagai bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. Misalnya seorang siswa telah mengerjakan tugas dengan baik dan menyerahkan tepat waktu, kemudian guru memberikan apresiasi (respon) terhadap tingkah laku siswa yaitu menyerahkan tugas tepat waktu.
o    Dorongan atau koreksi; melalui pemberian penguatan dalam bentuk respon apapun harus ditujukan pada upaya memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya (akademik maupun non akademik). Bentuk dan jenis penguatan yang dimaksudkan sebagai umpan balik, harus dihindari dari kemungkinan buruk yaitu timbulnya malas, prustasi dan sifat-sifat negative lainnya.
o    Dari uraian pengertian keterampilan memberikan penguatan (reinforcement) yang telah dijelaskan di atas, kita bisa merasakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari praktek-praktek tesebut sudah sering dilaksanakan baik di lingkungan rumah (keluarga), dalam kehidupan bermasyarakat,  apalagi pada lingkungan pendidikan (sekolah),  walaupun tidak disadari bahwa perbuatan tersebut merupakan penerapan penguatan. Misalnya ketika seorang ibu menyuruh anaknya membeli sabun mandi ke warung, sekembalinya dari warung ibu menyampaikan ucapan terima kasih kepada anaknya. Perbuatan anak membeli sabun kewarung adalah jenis perbuatan baik dan terpuji, karena sudah mau membantu pekerjaan ibunya. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan oleh ibu atas perilaku anaknya, adalah merupakan respons dan dengan respon tersebut merupakan suatu modifikasi tingkah laku dari seorang ibu terhadap tingkah laku seorang anak. Dengan ucapan terima kasih, anak akan merasakan bahwa pekerjaannya membeli sabun ke warung ternyata mendapat penghargaan. Dengan demikian diharapkan kebiasaan baik tersebut mungkin dalam bentuk yang lain diharapkan akan terus dilakukan dan ditingkatkan.
Dalam pembelajaran penguatan (reinforcement) memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Pada saat yang tepat dan dengan jenis penguatan yang tepat yang disampaikan pada proses pembelajaran, maka akan berdampak pada peningkatan kualitas proses pembelajaran. Ketika anak mengerjakan  tugas atau ketika melakukan praktek di laboratorium, kemudian karena dilihat oleh gurunya bahwa tugas yang dikerjakannya benar, demikian pulan pada saat melakukan percobaan di laboratorium sudah sesuai dengan petunjuk kerja yang ditetapkan, maka dengan penguatan yang disampaikan oleh guru misanya “ok tugasmu sudah benar, dan proses praktek di laboratorium sudah tepat”. Dengan demikian siswa sudah dapat mengukur kemampuannya, bahwa apa yang dikerjakannya sudah benar dan sesuai dengan  ketentuan. Itulah salah satu manfaat dari pemberian penguatan, antara lain yaitu untuk memberikan informasi kepada siswa (balikan) atas perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukannya.  Selain bagi siswa melalui pemberian penguatan akan memberikan informasi juga bagi guru, mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukannya, apakah sudah efektif dan efisien atau sebaliknya.
Pujian atau respon positif yang diberikan oleh guru kepada siswa yang telah menunjukkan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, secara psikologis siswa akan merasa bangga, karena ternyata perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi mativator untuk terus berusaha menunjukkan prestasi terbaiknya. Jika dicermati sepintas saja, mungkin hanya dengan ucapan terima kasih atau bentuk-bentuk pujian dan penghragaan secara verbal yang disampaikan oleh guru kepada siswa, bagi guru (orang dewasa) yang memberi penguatan mungkin akan dianggap tidak punya nilai atau tidak memiliki arti apa-apa. Akan tetapi bagi yang menerima pujian, yaitu siswa akan merasa senang karena apa yang diperbuatnya mendapat tempat dan diakui. Siswa butuh pengakuan terhadap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus melatih kemampuan untuk mengembangkan berbagai jenis penguatan, dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak hanya menyajikan meteri untuk dikuasi oleh siswa, akan tetapi selalu bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
Penguatan bertujuan untuk :
·         Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
·         Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
·         Meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif
b.                  Kapan guru memberikan penguatan kepada siswa ?
                             Penguatan dapat diberikan oleh guru kepada semua siswa. Bagi siswa yang dapat menyelesaikan masalah ( soal yang diberikan kepada guru ) guru dapat memberikan penguatan berupa kata – kata dan kalimat pujian seperti bagus, tepat, bapak  / ibu puas dengan hasil kerja kalian. Kemudian dapat dilakukan dengan gerakan atau gesture ( acungan jempol ). Bagi siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran ia juga tidak boleh didiamkan melainkan diberi penguatan berupa motivasi dan pendekatan secara intensif  kepada siswa. Secara keseluruhan penguatan harus dilakukan oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung ( segera mungkin dilakukan ) dan bervariasi dan objeknya adalah seluruh siswa. Pada dasarnya, penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar sera perilaku yang produktif.
c.       Bagaimana cara memberikan penguatan ?
v  Cara Penggunaan Penguatan kepada Siswa Tertentu
o   Penguatan harus jelas, kepada siapa ditujukan. Sebab bila tidak jelas akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
o   Penguatan Kelompok
Penguatan dapat diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya, apabila satu tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru membolehkan kelas itu untuk bermain bola voli yang menjadi kegemarannya.
o  Pemberian Penguatan dengan Segera
 Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respon siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya cenderung kurang efektif.

Pada garis besarnya model penguatan dapat dikelompokkan kedalam dua model, yaitu: 1) penguatan verbal dan 2) penguatan non-verbal. Kedua bentuk/jenis penguatan ini memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai instrumen untuk memberikan respon dari guru terhadap respon dari siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran.
Perbedaanya terletak pada penerapannya yaitu tergantung pada bentuk respon dari siswa, ada yang cocok dengan penguatan verbal dan ada yang cocok dengan penguatan non-verbal, bahkan mungkin ada yang lebih cocok dengan menggunakan model gabungan penguatan (verbal dan non verbal).   Adapun jenis-jenis atau bentuk penguatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.         Penguatan verbal
Penguatan verbal merupakan respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku atau respon belajar siswa yangdisampaikan melalui bentuk kata-kata/ lisan atau kalimat ucapan (verbal). Penguatan melalui ucapan lisan (verbal) secara teknis lebih mudah dan bisa segera dilaksanakan untuk merespon melalui ucapan terhadap setiap respon siswa. Misalnya penguatan verbal dalam bentu a) kalimat seperti: kata bagus, baik, luar biasa, ya, betul, tepat, atau kata-kata lain yang sejenis, b) penguatan verbal dalam bentuk kalimat seperti: pekerjaanmu rapi sekali, cara anda menyampaikan argumentasi sudah tepat, berpikir anda sudah sistematis, makin lama belajar anda nampak lebih disiplin, kelihatannya anda hadir selalu tepat waktu, atau bentuk-bentuk pujian lain yang sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa.
2.             Penguatan Non-Verbal
Penguatan non verbal sebaliknya dari penguatan verbal, yaitu respon terhadap perilaku belajar (respon) siswa yang dilakukan tidak dengan kata-kata atau ucapan lisan (verbal), melainkan dengan perbuatan atau isyarat-isyarat tertentu yang menunjukkan adanya pertautan dengan perbuatan belajar siswa.
Adapun jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan non-verbal antara lain sebagai berikut :
a.       Mimik dan gerakan badan
Mimik muka dan gerakan badan tertentu yang dilakukan oleh guru seperti: mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan kepala, mengacungkan ibu jari, tepukan tangan, dan gerakan-gerakan badan lainnya sebagai tanda kepuasan guru terhadap respon siswa. Secara psikologis, siswa yang menerima perlakuan (respon) dari guru tersebut tentu akan menyenangkan dan akan memperkuat pengalaman belajar bagi siswa. Dalam menerapkan jenis penguatan non-verbal dapat dikombinasikan dengan penguatan verbal, misalnya sambil mengatakan “bagus” guru menyertainya dengan acungan ibu jari dan lain sebagainya.

b.      Gerak mendekati
Gerak mendekati dilakukan guru dengan cara menghampiri siswa, berdiri disamping siswa atau bahkan duduk bersama-sama dengan siswa. Pada saat guru mendekati, siswa merasa diperhatikan sehingga siswa akan merasa senang dan aman. Kegiatan mendekati sebagai salah satu bentuk penguatan non-verbal, dalam pelaksanaannya bisa dikombinasikan dengan bentuk penguatan verbal. Misalnya sambil mendekati siswa, guru menyampaikan pujian secara lisan, “bagus, teruskan pekerjaannmu” dan lain sebagainya.
c.       Sentuhan
Penguatan dalam bentuk sentuhan yaitu dilakukan dengan adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing). Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota badan tertentu yang dianggap tepat, dan bentuk lain yang sejenis. Agar sentuhan yang dilakukan berfungsi efektif sesuai dengan tujuan penguatan, maka dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan berbagai unsur, seperti kultur, etika, moral, dan kondisi siswa itu sendiri. Hal ini penting agar sentuhan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah yang akan menghilangkan fungsi dan tujuan penguatan sentuhan (gesturing) dalam pembelajaran. Dengan sentuhan dimaksudkan untuk lebih meningkatkan motivasi siswa sehingga akan mendorong terjadinya proses dan hasil pembelajaran yang lebih efektif, dan oleh karenanya jika sentuhan tidak memperhatikan berbagai pertimbangan di atas, maka penguatan melalui sentuhan tidak akan efektif.
d.      Kegiatan yang menyenangkan
Untuk meningkatkan perhatian dan motivasi belajar siswa, guru dapat melakukan penguatan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekpresikan kemampuannya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Misalnya bagi siswa yang telah menyelesaikan tugas lebih dulu, guru memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk membimbing temannya yang belum selesai; Siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang seni diberi kesempatan untuk memimpin paduan suara; siswa yang memiliki kegemaran dalam berorganisasi diberi kesempatan untuk memimpin salah satu kegiatan tertentu., dan lain sebagainya. Dengan memberi kesempatan kepada siswa menampilkan kelebihan yang dimiliki, siswa akan merasa dihargai sehingga akan makin menambah keyakinan, kepercayaan diri yang sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
e.       Pemberian simbol atau benda
Simbol adalah tanda-tanda yang diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar siswa. Misalnya memberi tanda cheklis (V), paraf, komentar tertulis, tanda bintang, dan simbol-simbol lainnya yang menunjukkan bentuk penghargaan. Bentuk lain seperti pemberian benda dapat dibenarkan selama benda yang diberikan itu bersifat mendidik. Oleh karena itu pemberian penguatan dalam bentuk benda bukan dilihat dari segi harga bendanya, melainkan makna atau pesan yang ingin disampaikan yaitu sebagai bentuk penghargaan sekaligus penguatan atas perilaku yang ditunjukkan siswa
f.       Penguatan tak penuh
Penguatan tak penuh yaitu respon atas sebagian perilaku belajar siswa yang belum tuntas. Misalnya apabila pekerjaan siswa belum semuanya benar, atau baru sebagian yang selesai, maka guru mengatakan “jawaban anda sudah benar, tinggal alasannya coba dilengkapi lagi”. Melalui penguatan seperti itu, siswa menyadari bahwa belum sepenuhnya jawaban yang disampaikannya selesai, dan masih harus berpikir untuk memberikan alasan yang lebih tepat.
Ø  Prinsip Penguatan :
Penguatan sebagai salah satu bentuk keterampilan dasar mengajar dimaksudkan untuk memberikan informasi maupun koreksi terhadap proses belajar yang telah dilakukannya. Melalui penguatan siswa akan mengetahui tingkat kemampuannya, sehingga akan menjdi pendorong untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri siswa. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan dan fungsi dari penguatan yaitu untuk lebih mengefektifkan proses dan hasil pembelajaran, maka dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut :
a.       Kehangatan dan keantusiasan
Setiap pemberian penguatan baik penguatan verbal maupun non-verbal harus disertai ketulusan dan keihlasan semata-mata menghargai perbuatan siswa. Oleh karena itu setiap memberikan penguatan harus disertai perasaan atau mencerminkan perasaan senang dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan mimik muka yang gembira, suara yang meyakinkan, atau isyarat yang menunjukkan tanda surprise, dan lain sebagainya. Dengan kata lain penguatan itu harus memberikan kesan positif, dimana siswa yang menerima penguatan akan merasa senang dan puas, sehingga akan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi
b.      Kebermaknaan
Jenis dan bentuk penguatan yang diberikan harus memiliki makna bagi siswa, yaitu setiap jenis atau bentuk penguatan yang diberikan, baik melalui kata-kata, isyarat maupun bentuk penguatan lain yang sejenis, harus dipilih dan disesuaikan dengan makna yang terkandung di dalamnya. Kebermaknaan ini baik dari segi akademik maupun non akademik. Kebermaknaan secara akademik yaitu melalui penguatan yang diberikan dapat mendorong siswa untuk lebih berprestasi, sedangkan makna non akademik bahwa dengan penguatan yang diberikan dapat memfasilitasi siswa untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melakukan berbagai aktivitas yang positif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c.       Menghindari penguatan negartif
Dalam memberikan penguatan sebaiknya guru harus menghindari dari respon- respon negatif. Misalnya kata-kata kasar dan tidak mendidik, cercaan, hinaan, isyarat yang menyudutkan siswa. Dalam setiap proses pembelajaran sering terjadi proses dan hasil belajar siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga mengakibatkan guru merasa tidak puas dengan proses dan hasil yang ditunjukkan siswa. Kemudian  secara spontan muncul keinginan untuk membentak, mengeluarkan kata-kata menyindir dan penguatan nagatif lainnya. Mungkin maksudnya baik, yaitu untuk lebih meningkatkan proses dan hasil pembelajaran secara lebih berkualitas, akan tetapi dengan mengeluarkan kata-kata atau isyarat (penguatan negatif), harus dihindari.
Apabila guru merasa kurang puas terhadap proses dan hasil pembelajaran yang ditunjukkan oleh siswa dan ingin memperbaikya melalui bentuk penguatan, sebaiknya dicarai kata-kata atau isyarat (penguatan) yang dapat menyentuh perasaan siswa, sehingga menimbulkan kesadaran pada diri siswa untuk merubah perilaku belajarnya. Misalnya guru berkata “saya tahu anda telah belajar secara maksimal, akan tetapi hasilnya ternyata masih belum sesuai dengan yang diharapkan, mungkin masih ada yang kurang dan harus dicari cara lain yang lebih tepat dalam melakukan kegiatan belajarnya, sehingga hasilnya akan lebih baik dari hari ini”. Dengan demikian siswa tidak merasa sia-sia dengan bejalar yang telah dilakukannya, walaupun hasilnya belum memuaskan.
Tujuan menerapkan atau memberikan penguatan dalam pembelajaran, sasaran utamanya yaitu untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat meningkatkan mutu proses maupun hasil pembelajaran. Agar penerapan penguatan mencapai sasaran yang diharapkan, maka dalam pemilihan dan penerapannya selain harus mengikuti prinsip-prinsip yang telah dijelaskan di atas, juga harus mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:
·           Sasaran penguatan
Agar penguatan dapat berjalan secara efektif, maka setiap jenis dan bentuk penguatn yang diberikan oleh guru harus tepat pada sasarannya. Ketepatan sasaran tersebut meliputi dua aspek, yaitu a) ketepatan jenis atau bentuk penguatan yang digunakan (verbal atau non-verbal), b) ketepatan pada siswa yang akan menrima penguatan tersebut, apakah kepada semua siswa dalam satu kelompok belajar, atau kepada kelompok tertentu, atau kepada siswa secara perseorangan.
Misalnya jika penguatan itu diberikan kepada salah seorang siswa, maka harus jelas siswa mana yang dituju dengan penguatan yang diberikan itu, demikian pula terhadap perbuatan atau perilaku belajarnya. Misalnya apakah penguatan itu terkait dengan hasil karyanya, cara penampilan, penguasaan materinya, disiplin, kerjasama, kepemimpinan, dan bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan oleh siswa tersebut.
·           Dilakukan dengan segera
Setiap penguatan yang diberikan oleh guru, hendaknya dilakukan dengan segera, yaitu pemberian penguatan (verbal atau non-verbal) diberikan atau dilakukan bersamaan atau sesaat setelah perilaku belajar (respon) yang ditampilkan oleh masing-masing siswa. Misalnya apabila guru melihat siswa dengan kesadaran sendiri membuang sampah pada tempatnya, segera hampiri siswa tersebut dan sampaikan penghargaan pada saat itu pula, misalnya “terima kasih anda telah membuang sampah pada tempatnya”. Dengan kata lain bahwa antara penguatan yang diberikan oleh guru dengan perbuatan belajar siswa sebaiknya tidak menunggu waktu berlama-lama, tapi segera berikan penguatannya pada saat itu pula
·      Penguatan secara bervariasi
Perilaku yang ditunjukkan siswa dari proses dan hasil pembelajarannya meliputi tiga unsur yaitu: a) pengetahuan,, b) sikap dan c) keterampilan. Ketiga jenis perilaku hasil  belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, dan oleh karena itu maka jenis maupun bentuk penguatan yang diberikan oleh guru pun harus disesuaikan dengan karaktersitik perilaku belajar yang ditunjukkan oleh siswa itu sendiri (agar lebih bermakna). Untuk memilih dan menetapkan jenis atau bentuk penguatan yang tepat atau sesuai dapat disiasati dengan menggunakan penguatan secara bervariasi. Misalnya, memadukan antara penguatan secara verbal dan non verbal, sehingga akan memungkinkan dapat merespon terhadap segala bentuk atau aspek perilaku belajar siswa. Selain itu melalui pemberian penguatan yang menggabungkan (variasi) antara penguatan verbal dan non verbal, maka akan terjadi proses pembelajaran yang dinamis.





[1] Adljfhdbahadbnfamsbh (EDIT)
[2] JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2002, hal. 58.
[3] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosda Karya,  Bandung, 2002, hal. 80.

[4] Made Pidarta, Landasan Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 203.
[5] A. Mursal dan H.M. Taher, Kamus Ilmu Jiwa dan pendidikan, PT. Al-Ma’arif, Bandung, 1979, hal. 50.

[6] Sudirman, Ilmu Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1992, hal. 329.
[7] A. Toenlioe, Teori dan Praktek Pengelolaan Kelas, Usaha Nasional Cece Wijaya, Surabaya, hal. 47

1 komentar: