KUMPULAN
NARASI
TENTANG
SELAMANYA
KAU TETAP BUAH HATI KU
KARYA
Yossi
Pratiwi
NIM 40211117
PGSD 3/3
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP
ISLAM BUMIAYU
TAHUN
AJARAN 2012/2013
SELAMANYA
KAU TETAP BUAH HATI KU
Disuatu
tempat terdapat keluarga sangat harmonis yaitu keluarga Bapak Aris. Yang
terdiri dari Bapak Aris, Ibu Aris, dan kedua anak mereka bernama Mura dan
Bening. Mura adalah anak pertama dari keluarga Bapak Aris. Ia telah berusia 17
tahun dan duduk dibangku SMA. Sedangkan Bening adalah anak kedua dari keluarga
Bapak Aris. Ia gadis yang sangat cantik dan anggun. Ia baru berusia 13 tahun
dan baru duduk di bangku SMP. Keluarga Bapak Aris merupakan keluarga yang utuh
yang dipenuhi oleh kedamaian dan ketentraman dalam jiwa keluarga itu. Namun,
pada suatu ketika keharmonisan keluarga Bapak Aris mulai pudar bahkan hampir
hilang berawal dari perceraian pernikahan antara Bapak Aris dan ibu Aris. Pada
tanggal 16 Juni 2009 mereka resmi bercerai yang merupakan akhir dari perjalanan
pernikahan mereka. Namun, sejak itu pula mulailah terjadi ketidakharmonisan
antara anak dan orang tua. Bapak aris setelah resmi bercerai dengan ibu aris,
ia pergi dari rumah yang biasa mereka tempati. Dan bapak Arispun memulai
kehidupan baru tanpa keluarga yang ia cintai.
Keesokan harinya,
Mura dan Bening mengetahui bahwa kedua orang tuanya bercerai. Mereka amat
terpukul mengetahui tentang perceraian kedua orang tua mereka. Kesedihan yang
mereka rasakan, di luapkan melalui tindakan yang tak biasa mereka lakukan
sebelumnya. Mura yang biasanya rajin ke sekolah setelah kejadian itu Mura mulai
enggan untuk sekolah. Dia berangkat ke sekolah bukanlah niat untuk menambah
ilmu namun hanya untuk meluapkan amarah dan kesedihannya dengan membuat
keonaran di sekolah, seperti bertengkar dengan teman sekelas, membuat adik
kelas tertekan dengan segala ancaman yang ia lakukan bahkan sampai menjahili
gurunya sendiri. Berbeda dengan Bening, Bening adalah seorang anak cewek yang
cerdas, pintar, kreatif, dan periang. Sehingga Bening di sekolah mempunyai
banyak teman dan di senangi oleh teman-teman dan guru-guru di sekolah Namun,
setelah kedua orangnya bercerai bening jadi pendiam dan selalu berwajah muram,
serta lebih banyak diam. Situasi dan kondisi yang dialami keluarga mereka
membuat keadaan mereka berubah 100% dari sebelumnya.
Hari demi
hari Mura dan Bening lalui dengan perasaan kacau balau. Dengan kenakalan yang
dilakukan Mura di sekolah membuat penghuni sekolah seperti siswa dan guru
merasa risih dan tidak nyaman karena kenakalan Mura semakin tak terkendali. Dan
Mura nyaris dikeluarkan dari sekolah. Pada siang itu, Ibu Mura di panggil
Kepala Sekolah untuk membicarakan tentang Mura, serta melakukan upaya agar Mura
tidak membuat onar di sekolah. Ibu Mura sangat terpukul melihat anak
laki-lakinya yang gagah dan pintar berubah menjadi sosok pria yang bertindak
senantiasa melawan hukum. Pada malam harinya Ibu Mura bertanya kepada Mura,
tentang apa penyebab Mura berubah dan Mura dengan nada sinis menjawab “ apa
peduli ibu dengan apa yang aku lakukan, aku melakukan tindakan bodoh karena ibu
dan bapak, terus kenapa sekarang ibu menyalahkan aku, semua terjadi berawal
dari perceraian ibu dan bapak”. Setelah mendengar ungkapkan dari anaknya
seperti itu ibu Nahla menangis hatinya sakit melebihi sakit teriris pedang. Ibu
nahla tak kuasa melihat perilaku Mura dan ungkapan Mura sehingga Ia menangis
dan merasa berdosa atas semua yang terjadi.
Hari demi
hari Ibu Nahla menjalani ketidakharmonisan keluarganya, namun ibu Nahla tetap
tegar menghadapinya. Ia tetap berusaha berikhtiar mencari uang untuk sesuap
nasi dan kebutuhan lainnya untuk kebahagiaan kedua buah hatinya. Ia bekerja
disuatu perusahaan di ibu kota. Pagi berangkat dan pulangnya hamper setiap hari
larut malam. Sehingga ia tidak dapat menghimbau perkembangan kedua buahn
hatinya secara intensif. Ia hanya menitipkan kepada seorang pembantunya untuk
melayani dan mnghimbau segala aktifitas kedua buah hatinya.
Dengan
melihat ibunya pergi pagi-pagi dan pulang larut malam membuat Mura semakin
kesal terhadap situasi yang terjadi, ia beranggapan bahwa ibunya sudah tak
memperdulikan dirinya lagi. Sehingga ia melakukan hal-hal diluar batas normal
bagi seorang pelajar. Setiap malam ia ngetrack mobil dengan teman-temannya,
minum-minuman keras, dan tumbuh jadi seorang playboy. Ibu nya hampir tidak mengetahui perilaku Mura
menyimpang secara cepat dan tak terkendalikan. Melihat kakaknya yang berubah
Bening sedih. Ia berusaha menyadarkan kakaknya agar tidak melakukan hal yang
melangga hukum namun Mura tetap tak memperdulikan perkataannya.
Suatu
ketika bening mulai mengalami sakit-sakitan yang tidak seperti biasanya. Dan
Bening sering pingsan di sekolah. Pada hari kamis siang pukul 10.00 WIB ibu
Tuti (seorang pembantu keluarga ibu Nahla) mengantarkan Bening berobat ke rumah
sakit. Ketika diperiksa oleh dokter dengan berbagai gejala-gejala yang terlihat
dokter memberitahukan kepada ibu Tuti bahwa Bening terkena penyakit jantung.
Ibu tuti tak kuasa menahan sedihnya melihat majikannya yang cantik dan baik
harus mengalami penyakit yang mematikan. Ibu Tuti bingung mau mengungkapkan apa
ketika Bening menanyakan penyakitnya apa. Karena takut Bening stress mengetahui
penyakitnya akhirnya Ibu Tuti merahasiakan kepada Bening tentang penyakitnya. Dan
ibu Tuti mengatakan kepada Bening bahwa Bening baik-baik saja cuman terlalu
cape saja.
Keesokan
harinya Bening sudah mulai kecanduan obat, ketika dia tidak minum obat dari
resep dokter penyakitnya kambuh, ketika itu pula Bening mulai memikirkan apa
yang selama ini terjadi pada dirinya sehingga ia tidak dapat beraktifitas jika
tidak minum obat dari resep dokter. Hari itu juga Bening mengambil resep-resep
yang ada dan menanyakan kepada petugas opoteker yang kebetulan terdapat dokter
yang sedang praktek disana. Bening kaget dan bingung ketika ia tahu bahwa
penyakit yang derita adalah jantung.
Suatu ketika ketika obatnya habis Bening tidak mau minum obat itu karena
ia tahu bahwa penyakitnya tetap bisa merenggut nyawanya, obat dianggap tidak
bisa menyembuhkn penyakitnya hanya menghilangkan rasa nyeri hanya sekejap saja.
Ibu Tuti berusaha membujuk Bening untuk meinum obat agar penyakitnya sembuh,
namun Bening malah mengunkapkan “ Bi, saya tidak mau minum obat buat apa saya
minum obat toh saya tetap akan mati dalam waktu singkat”. Ibu Tuti menangis
karena melihat Bening telah putus asa mengahadi penyakitnya. Setelah itu Bening
memohon kepada Bu Tuti agar tidak menceritakan penyakitnya kepada ibunya,
karena Bening tidak mau membuat ibunya semakin pusing karena harus memikitkan penyakitnya.
Dengan
gejala-gejala yang ia rasakan antara lain sesak napas (dada terasa seperti
“diinjak gajah”), mual, muntah, jantung berdebar, berkeringat, dan gelisah
telah mengantarkan Bening mengalami penyakitnya yang mulai parah, dan dokter
menyarankan ke Bening dan Ibu Tuti jika Bening ingin selamat Bening harus
mendapatkan donor jantung. Setelah mereka keluar dari ruangan dokter mereka
bingung apa yang harus mereka lakukan. Namun, Bening pesimis. Ia beranggapan
bahwa sebentar lagi ia akan mati, karena tidak mungkin ada seseorang yang
ikhlas mendonorkan jantungnya untuk orang lain.
Dengan
sisa waktu yang sedikit Bening berusaha untuk membuat keluarganya utuh kembali.
Dengan membujuk ayahnya untuk kembali ke rumah, dan menyadarkan kakaknya untuk
kembali seperti dulu. Namun, Bening tidak mendapatkan apa-apa dari usahanya
menyatrukan keluarganya kembali. Pada malam harinya Bening merenung memikirkan
penyakitnya dan kondisi keluarganya yang kacau balau. Dan Bening menuliskan
segala hal yang tejadi pada buku diarynya. Pada saat itu juga Bening tubuhnya
drop dan pingsan di taman belakang rumahnya. Ibu Nahla setelah pulang kerja ia
melihat gadis perempuannya tergeletak di taman. Ia berlari dengan nada histeris
melihat anaknya. Kemudian ia bersama pembantunya Ibu Tuti langsung membawa
Bening ke rumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter ternyata Bening harus
mendapatkan perawatan yang intensif dan khusus, dan dokter membicarakn kepada
Ibu Nahla tantang penyakit yang diderita oleh anaknya. Setelah ibu Nahla tahu
bahwa anaknya terkena penyakit jantung yang sudah parah ibu Nahla hanya bisa
menangis dan menyesal karena tidak menghimbau anaknya dengan baik.
Keesokan
harinya ibu Nahla berusaha dengan optimal dan dibantu oleh teman-temannya untuk
mencarikan donor jantung untuk anaknya dengan uang berapapun ibu Nahla siap
untuk menukarkan donor jantung. Namun, tidak membuahkan hasil apapun. Tetapi,
keadaan hari demi hari penyakit anaknya parah.
Pada
malam itu juga, ibu Nahla semakin pusing dan sedih ketika mendengar anak nya
Mura kecelakaan dalam perlombaan balap mobil. Ia semakin sedih ketika harus
mendengar dari dokter akibat kecelakaan, Mura harus mengalami kebutaan pada
matanya. Ibu Nhla mencoba membuat anaknya tegar dalam menghadapi cobaan namun
Mura tidak bisa menerima atas apa yang terjadi pada dirinya, ia scok berat.
Ibu Nahla
semakin pusing, sedih dan bingung apa yang ahrus ia lakukan untuk menolong
kedua anaknya agar buah hatinya bisa bahagia seperti biasanya tanpa panyakit
yang mereka alami. Dokter mengingatkan Ibu Nahla agar segera mendapatkan donor
jantung untuk Bening, jika tidak bening tidak akan bisa selamat. Keadaan
seperti itu membuat Ibu Nahla terjepit oleh keadaan, dan ia memutuskan untuk
mendonorkan jantungnya untuk Bening dan matanya untuk Mura. Ia melakukan itu
untuk kebahagiaan kedua buah hatinya, ia tidak sanggup melihat kedua anaknya
menderita, Mura buta, dan Bening berbaring tak berdaya melawan penyakitnya di
rumah sakit bahkan Bening di fonis jika tidak mendapatkan donor jantung segera
Bening tidak akan selamat. Hal itu membuat ibu Nahla semakin yakin dan pasrah
untuk berkorban demi kebahagiaan buah hatinya yang ia cintai selama ini.
Keesokan
harinya Ibu Nahla berkomunikasi dengan dokter dan siap mendonorkan jantung dan
matanya untuk kedua anaknya. Dokter yang menangani kedua anaknya menangis, dan
terharu melihat ibu Nahla berkorban nyawa nya demi buah hatinya. Pada saat itu
juga ibu Nahla mengurus administrasi untuk melakukan operasi. Setelah itu Ibu
Nahla mengajak Ibu Tuti pulang ke rumah untuk mempersiakan operasi besok.
Keesokan
harinya dengan cuaca yang cerah pula seakan langit mengetahui pengorbanan sang
ibu kepada anaknya, langit menjawab dengan warna yang cerah. Dan pada pagi itu
juga sebelum berangkat ke rumah sakit untuk melakukan operasi ibu Nahla
menitipkan sepucuk surat kepada Ibu Tuti untuk kedua buah hatinya. Yang isinya
adalah :
“ Mura
dan Bening sayang, bagaimana keadaanmu sekarang. Sudah lebih baik kah dari
sebelumnya? Ibu sangat senang kalian bisa hidup normal seperti biasanya. Maaf
jika selama ini ibu belum bisa menjadi sosok orang tua yang baik, ketahuilah
perceraian ibu dan bapak itu sudah suratan takdir, dan kita harus bisa tegar
menerimanya. Ibu sangat menyayangi kalian, cinta ibu tidak akan pernah pudar.
Mura dan Bening tidak boleh sedih ibu akan tetap ada dihati kalian. Salah satu
organ ibu melekat bersama organ tubuh kalian. Ibu berharap Mura dan Bening bisa
jadi anak yang soleh dan solekha, jadi anak yang berguna bagi keluarga dan
masyarakat. Kejarlah cita-cita kalian. Dan ibu mohon jangan benci bapak mu
karena bagaimanapun Bapak adalah orang tua kandung kalian. Doa ibu akan selalu
menyertaimu anak ku. Mura dan Bening tetap anak ibu dan bapak. Ibu sangat
menyayangi kalian”.
Pukul
09.30 WIB operasi dilakukan oleh team media dengan kedua pasien Mura dan
Bening. 2 jam kemudian operasi selesai dilakukan. Setelah Mura dan Bening sadar
mereka begitu senang dan bahagia terbukti dari raut wajahnya yang tersenyum
membukau. Ibu Tuti juga merasakan kebahagiaan melihat majikannya tumbuh normal
seperti manusia biasanya, namun disisi lain Ibu Tuti bingung ketika Bening
menanyakan Ibunya kemana. Bening ingin menunjukkan bahwa dia sudah sembuh.
Beberapa menit kemudian Mura mengunjungi kamar Bening, Mura pun menunjukkan
kepada Bening bahwa ia sekarang bisa melihat lagi. Setelah Mura dan Bening
berbincang-bincang tentang kebahgiaan yang mereka alami pada saat itu, Ibu Tuti
memberanikan diri untk menyampaikan amanat dari Ibu Nahla yaitu sepucuk surat
untuk kedua buah hatinya.
Setelah
Mura dan Bening membaca isi surat dari Ibunya mereka tak kuasa menahan
kesedihan, air matanya mengalir membasahi pipinya. Mereka tidak bisa
mengungkapkan kata-kata apapun, mereka hanya bisa mengungkapkan dengan
tangisan. Mura begitu sangat menyesal dahulu ia sering menyakiti hati ibunya,
membuat ibunya menangis dan terluka oleh tingkah lakunya. Bening pun juga sama
selama ini ia merasa hanya bisa membuat Ibunya pusing dengan keadaannya pada
waktu itu. Mura dan Bening pada saat itu menanyakan kepada Ibu Tuti ibunya
dimakamkan dimana. Mereka memohon kepada Ibu Tuti untuk mengantarkan mereka ke
makam ibunya.
Setelah
tiba disana hati mereka hancur seketika melihat pengorbanan yang sangat besar
dari seorang ibu namun mereka merasa tidak bisa membahagiakan ibunya pada saat
ibunya masih hidup. Tak terhitung berapa tetes berlinangnya air mata penyesalan
pada benak mereka. Namun, Ibu Tuti selaku bagian dari rumah dan keluarga Ibu
Nahla mencoba membujuk kedua majikannya untuk tegar menghadapinya. Kemudian
mereka pulang dan membuka lembaran baru dengan mengemban amanat dari ibunya.
Mura yang dahulunya melakukan perbuatan yang sanantiasa melawan hukum, namun
pada saat itu juga ia berubah lebih baik lagi bahkan ia lulus dengan nilai
tinggi dan terbaik serta ia mendapatkan beasiswa kuliah di Amerika. Begitu juga
Bening ia menjadi sosoknya yang ceria, aktif, dan mempunyai motivasi belajar
yang tinggi. Sehingga ia lulus SMP dengan nilai terbaik di sekolahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar