1. PENGERTIAN BAHASA
Teknik
Informasi pada era globalisasi menjadi prioritas utama pembangunan di semua
negara-negara maju. Dengan kata lain, semua Negara yang ingin maju harus
menguasai teknologi informasi. Apabila tidak maka Negara tersebut akan
tertinggal jauh dari Negara lain dalam segala bidang. Teknologi informasi telah
menjadi barometer maju mundurnya suatu negara pada masa ini.
Istilah
bahasa sering digunakan dalam berbagai wacana. Istilah ini dikenal oleh
masyarakat pemakai bahasa dalam berbagai konteks.
Perhatikan
Penggunaan istilah bahasa dalam kalimat berikut ini:
1. Tunjukkanlah
budi bahasa yang baik di manapun Anda berada.
2. Disini
negeri beradat jangan sampai kita dinilai tak tahu bahasa.
3. Jangan
menyelesaikan masalah dengan bahasa militer.
4. Hati-hatilah
berbicara sebab bahasa menunjukkan bangsa.
5. Penggunaaan
ejaan dapat terlihat dalam bahasa tertulis.
6. Unsur
intonasi berperan sangat penting dalam bahasa lisan.
7. Gunakan
bahasa baku dalam menyusun karya ilmiah
Makna
bahasa pada kalimat di atas adalah:
1. Budi
bahasa: tingkah laku dan tutur kata;
2. Tak
tahu bahasa: tak tahu adat atau etika;
3. Bahasa
militer: cara militer;
4. Bahsa
menunjukkan bangsa: tutur kata yang teratur dan sopan menujukkan asal usul yang
tinggi;
5. Bahasa
tertulis: ujaran tertulis;
6. Bahasa
lisan: ujaran lisan;
7. Bahasa
baku: ragam bahasa yang ejaan, tata
bahasa dan kosakatanya dijadikan norma pemakaian yang benar;
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri Harimukti Kridalaksana (1997).
Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1),
menjelaskan definisi bahasa yaitu language
can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule
governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai
kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan
konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi
simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Menurut Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau symbol-simbol arbitrer.
Menurut Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau symbol-simbol arbitrer.
1)
Bahasa
sebagai Sebuah Sistem
Bahasa adalah sebuah sistem.
Artinya, bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara tak beraturan
melainkan sebaliknya. Bahasa adalah sejumlah unsur yang beraturan. Unsur-unsur
bahasa itu diatur. Bahasa terbentuk oleh suatu aturan atau kaidah atau pola
yang teratur dan berulang, baik dalam tata bunyi, tata bentuk kata maupun tata
kalimat. Apabila aturan atau kaidah ini dilanggar maka komunikasi dapat
terhambat. Contoh:
a.
Abdu memotong kambing dibelakang
rumahnya
b.
Abdu dipotong kambing dibelakang
rumahnya
c.
Aisah mencuci piring 3 jam yang lalu
d.
Aisah dicuci piring 3 jam yang lalu
e.
Dea mencuci pakaian
f.
Dea dicuci pakaian
g.
Erlita memasak daging
h.
Erlita dimasak daging
i.
Feni membuka jendela kamarnya
j.
Feni dibuka jendela kamarnya
Kalimat diatas yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia adalah :
a.
Abdu memotong kambing rumahnya
b.
Aisah mencuci piring 3 jam yang lalu
c.
Dea mencuci pakaian
d.
Erlita memasak daging
e.
Feni membuka jendela kamarnya
Alasannya, kalimat
aktif menggunakan predikat dengan kata kerja berimbuhan me-. Dalam kalimat
aktif, subjek (Abdu, Aisah, Dea, Erlita, dan Feni) menjadi pelaku, sedangkan
objek (kambing, piring, pakaian, daging, dan jendela) menjadi sasaran perbuatan
subjek.
Apabila kaidah ini
dilanggar, misalnya dengan menggunakan awalan di- pada kata kerja sehingga
hasilnya, “Abdu dipotong kambing, Aisah dicuci piring, Dea dicuci pakaian,
Erlita dimasak daging dan Feni dibuka jendela”. Masyarakat tidak akan menerima komunikasi terhambat. Itulah yang
dimaksud bahasa sebagai sebuah sistem.
Dari contoh di atas
dapat disimpulkan bahwa tiap bahasa mempunyai atturan-aturannya sendiri yang
menguasai hal-hal bunyi dan urutan-urutannya, kata-kata dan
bentukan-bentukannya, hal-hal kalimat dan susunan-susunannya. Bahasa merupakan
kumpulan aturan-aturan, kumpulan pola-pola, kumpulan kaidah-kaidah atau sistem.
Demikianlah bahasa, sebagai sebuah sistem maka bahasa terbentuk oleh suatu
aturan kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata
bentuk, kata maupun tata kalimat. Apabila aturan, kaidah atau pola ini
dilanggar maka komunikasi dapat terganggu.
2)
Bahasa
sebagai Lambang
Lambang atau simbol sering
digunakan oleh masyarakat untuk menginformasikan sesuatu. Manusia memang
makhluk bersimbol. Dalam kehidupannya tidak terlepas dari lambing atau symbol.
Lambang menandai sesuatu secara konvensional (dipelajari dan disepakati oleh
para pemakainya), tidak secara alamiah dan langsung. Sebagai contoh, bendera
kuning digunakan lambang adanya kematian, mengapa? Karena secara konvensional
bendera kuning dijadikan tanda adanya kematian.
Warna merah melambangkan
keberanian dan putih kesucian. Berbeda dengan warna merah pada lampu lalu
lintas adalah lambang bahaya bagi pengemudi. Kartu merah pada permainan sepak
bola melambangkan pelanggaran berat bagi pemainnya. Sama-sama merah, namun
melambangkan hal yang berbeda, karena lambang bersifat arbiter, arbiter artinya
tidak adanya hubungan langsung antara lambang dengan yang dilambangkannya.
Contoh: lambang bahasa
yang berwujud bunyi (sapi) dalam bahasa Indonesia atau (cow) dalam bahasa
inggris dengan rujukannya, yaitu seekor binatang berkaki empat yang banyak
dimanfaatkan manusia, tidak ada hubungannya sama sekali. Demikian juga dengan
lambang bahasa yang berwujud bunyi (membaca) atau (reading) dengan rujukannya,
yaitu salah satu kegiatan mengamati tulisan untuk memahami artinya, tidak ada
hubungannya sama sekali. Kita tidak member alasan mengapa dalam kelompok sosial
tertentu binatang itu disebut sapi, sedangkan dalam kelompok yang lain disebut
cow. Demikian pula kita tidak menjawab, mengapa membaca dalam kelompok sosial
yang lain disebut reading. Alasannya adalah karena bahasa bersifat arbitrer
atau manasuka.
3)
Bahasa
Itu adalah Bunyi
Tidak semua bunyi dapat digolongkan sebagai bahasa. Hanya
bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia saja yang dapat digolongkan bahasa.
Namun, tidak semua bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia dapat disebut
bahasa. Batuk, bersin, misalnya bukanlah bahasa. Hanya bunyi berupa ujaranlah
yang disebut bahasa. Huruf-huruf adalah turunan bunyi. Sifatnya pun arbitrer
atau manasuka.
4)
Bahasa
Itu Bermakna
Bahasa adalah sistem
lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Yang dilambangkan berwujud bunyi
adalah suatu pengertian konsep, ide tau gagasan. Oleh karena lambang itu
mengacu pada suatu pengertian konsep, idea atau gagasan maka dapat disimpulkan
bahwa bahasa memiliki makna.
Contoh: lambang
berwujud bunyi (bunga). Lambang ini mengacu pada konsep hasil tumbuh-tumbuhan
yang memiliki aroma atau warna serta bentuk yang menarik. Lambang berwujud
bunyi (menara) mengacu pada bangunan tinggi.
Lambang bunyi bahasa
dapat bersifat konkret di alam nyata seperti bunga dan menara. Namun juga ada
yang bersifat tidak konkret, seperti konsep adil, damai, sejahtera. Oleh karena
itu bermakna maka segala ucapan yang tidak bermakna tidak dapat
diklasifikasikan sebagai bahasa. Contoh: ungab, ilad, emaran, amaid.
Kesimpulan: bentuk-bentuk bunyi yang tidak bermakna bukanlah bahasa sebab
fungsi bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran yang tentu saja
mengandung makna.
5)
Bahasa
Itu Konvensional
Konvensi adalah kesepakatan atau
perjanjian. Bahasa bersifat konvensional. Artinya, penggunaan lambang bunyi
untuk suatu konsep tertentu berdasarkan kesepakatan antara masyarakat pemakai
bahasa. Sebagai contoh, sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang secara arbitrer (manasuka) dilambangkan dengan bunyi (rumah). Semua
anggota masyarakat pemakai bahasa ini harus mematuhinya. Apabila ada yang
melanggar konvensi ini dengan menggantinya dengan lambang bunyi berbeda missal
(mahru) maka komunikasi akan terhambat. Walaupun lambang bunyi dengan yang
dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut bersifat
konvensional.
6)
Bahasa
Itu Produktif
Sebagai sistem dari
unsur-unsur yang jumlahnya terbatas dapat dipakai secara tidak terbatas oleh
pemakainya. Contoh:
dari fonem /n/a/k/i/ kita dapat
membentuk kata:
/n/a/i/k/
/k/a/i/n/
/k/i/n/a
/i/k/a/n
Fonem /p/i/t/a/ dapat membentuk
/p/i/t/a/
/t/a/p/i/
/t/i/a/p/
/p/a/t/i/
Fonem /k/a/i/t/ dapat membentuk
/k/a/i/t/
/t/i//k/a/
/k/i/t/a/
/a/t/i/k/
Fonem /l/i/m/a/ dapat membentuk
/l/i/m/a/
/a/m/i/l/
/m/i/la/
/i//m/l/a/
Fonem /m/a/s/a dapat membentuk
/m/a/s/a/
/a/s/a/m/
/s/a/m/a/
/a/s/m/a/
Bahasa Indonesia
mempunyai kurang dari 30 fonem. Namun, dari jumlah itu kita dapat menghasilkan
30.000 kata yang mengandung fonem tersebut. Demikian pula dari sudut penuturan
bahasa Indonesia hanya mempunyai lima tipe kalimat, yakni pernyataan,
pertanyaan, perintah, keinginan, dan seruan. Dari kelima tipe tersebut kita
dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia yang jumlahnya ribuan.
7)
Bahasa untuk Mengidentifikasi Diri
Orang Melayu mengenal
pepatah “Bahasa menunjukkan bangsa”. Bahasa merupakan ciri pembeda yang paling
menonjol di antara cirri budaya. Oleh karena dengan bahasa tiap kelompok sosial
merasa diri sebagai satu kesatuan yang berbeda dengan kelompok lain. Contoh
bahasa Cina adalah lambang sosial yang ditandai oleh satu sistem tulisan yang
mengikat jutaan manusia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan berbagai
bahasa yang cukup jauh perbedaannya.
2.
CIRI
BAHASA MANUSIA
Bahasa digunakan
manusia sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa mencakup dua
hal, yakni isyarat bermakna dan bunyi. Oleh karena hewan juga memiliki
gerak-gerik bermakna dan mengeluarkan bunyi atau suara maka dipermasalahkan
apakah hewan seperti manusia juga, yakni memiliki bahasa. Kita sering
menddengar anjing menyalak yang mengisyaratkan adanya bahaya, kucing mengeong
ketika lapar mencari mangsa, dan ayam betina berkeok-keok ketika akan bertelur.
Burung gereja menggunakan siulan dengan nada tertentu untuk menyatakan maksud
tertentu. Namun, hanya pada manusia ditemukan komunikasi verbal yang unik.
Bahasa
Manusia Memiliki Tujuh Ciri
Pertama,
bahasa manusia memiliki sistem terpisah,
namun saling terkait, baik pada tata bunyi, tata bahasa maupun isyarat. Bahasa
Indonesia memiliki hampir 30 fonem. Dari fonem yang jumlahnya terbatas itu
dapat menghasilkan kata-kata yang jumlahnya puluhan ribu. Dari kata-kata
tersebut dapat dibentuk kalimat-kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Fonem,
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, wacana merupakan sistem yang terpisah.
Namun, dalam penerapannya masing-masing satuan bahasa itu saling terkait.
Kedua,
bahasa manusia memungkinkan terkomunikasinya hal-hal baru. Satuan komunikasi
yang dimiliki binatang bersifat tetap,,
binatang tidak dapat menyampaikan konsep baru dengan alat komunikasinya.
Kecakapan binatang mengungkapkan isyarat melalui bunyi maupun gerak-gerik
adalah hasil latihan yang berulang. Contoh: seekor burung beo dapat mengucapkan
selamat pagi karena hasil latihan yang berulang. Burung ini tidak dapat
memperluas ucapan selamat pagi dengan pemikirannya sendiri. Sampai kapan pun
hanya ucapan selamat pagi yang dapat diungkapkan burung ini. Kemampuannya
bersifat tetap, binatang tidak dapat menghasilkan ide baru komunikasikan
hal-hal baru, kucing akan mengeong selamanya. Anjing akan menyalak sampai kapan
pun. Bunyi binatang tidak memungkinkan terkomunikasinya hal-hal baru.
Berbeda
dengan manusia. Manusia dapat membuat gagasan baru yang belum pernah ada
sebelumnya dengan bahasanya. Manusia pun dapat menggunakan bahasanya untuk
mengkomunikasikan gagasan baru tersebut. Satuan-satuan bahasa manusia
memungkinkan hal itu. Bahasa manusia dapat menyampaikan ide-ide baru,
konsep-konsep dan gagasan-gagasan baru. Contoh: kecakapan seorang anak membuat
kalimat yang bertambah seiring dengan pertumbuhannya dari hari ke hari. Hari
pertama, anak sekolah mungkin ia hanya memiliki gagasan yang sederhana.
Contoh
lain:
a) Saya
sekolah. Ibu di kantor.
Seiring
dengan bertambahnya usia anak maka gagasan baru bermunculan Bahasa manusia
memungkinkan ia mengungkapkann gagasan baru tersebut. Kalimat produksi anak pun
bertambah dan meluas.
Saya
belajar di sekolah.
Ibu
bekerja di kantor.
Sejalan
dengan berkembangnya kemampuan berbahasa, mereka mulai menggunakan kata sambung
untuk memperluas kalimat.
Saya
belajar di sekolah dan ibu bekerja di kantor.
b) Eka
belajar. Dini mennyiram
Eka belajar di sekolah
Dini menyiram bunga di taman
Eka belajar di sekolah dan Dini menyiram
bunga di taman
Ketiga, manusia
membedakan antara isi pesan yang
dikomunikasikan dan label yang mewakili isi pesan. Isi pesan yang
dikomunikasikan dalam bahasa manusia dapat berwujud ucapan (lisan) dan dapat
berwujud tulisan. Tulisan merupakan label (lambang) yang mewakili isi pesan.
Keempat, dalam
komunikasi manusia, bahasa lisan dapat dipertukarkaan dengan makna yang
didengar. Bahasa merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Namun,
hanya bunyi yang bermakna sajalah yang digolongkan sebagai bahasa. Hanya lisan
yang merujuk pada makna sajalah yang tergolong pada bahasa. Makna tersebut
dapat berupa benda,proses atau kegiatan ataupun konsep. Itulah ciri bahasa
manusia.
Kelima,
bahasa bukan diturunkan melainkan dipelajari. Bahasa dapat digunakan untuk
menyatakan ekspresi diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial dan sebagai alat komunikasi (Gorys
Keraf. 1980: 3. Komposisi. Flores; Nusa Indah).
Keenam,
sesuatu yang diutarakan dapat merujuk kemasa lampau dari masa yang akan datang.
Sesuatu yang dikemukakan dengan bahasa dapat merujuk kewaktu tertentu. Hal ini
sesuai dengan keperluan orang yang menggunakan bahasa. Semua bahasa pasti
memiliki bentuk atau kosa katayang dapat difungsikan untuk merujuk kemasa
tertentu. Berbeda dengan isyarat yang terbatas digunakan untuk waktu sesaat
saja, yakni pada saat isyarat itu digunakan. Misalnya, bunyi sinyal pintu
kereta api tentu merujuk untuk waktusaat itu juga ketika kereta akan lewat.
Isyarat tidak dapat digunakan untuk mengutarakan sesuatu yang merujuk kemasa
lampau dan masa yang akan datang.
Ketujuh,
bahasa manusia dipelajari anak-anak dari orang dewasa dan generasi ke generasi.
Bahasa bukan diturunkan melainkan dipelajari. Kecakapan bahasa tidak mungkin
datang begitu saja. Ada faktor pendorong yang menyebabkan manusia merasa perlu
mempelajarinya, yakni faktor pendorong dari dalam dan dari luar. Pendorong dari
dalam adalah kebutuhan untuk mengemukakan perasaan, pikiran dan keinginan. Hal
ini mendorong anda untuk belajar bahasa. Pendorong dari luar, misalnya faktor
kebutuhan akan eksitensi diri ditengah masyarakat. Anda ditengah masyarakat
yang menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa yang anda gunakan pasti merasa
lebih nyaman, lebih percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rosdiana, Yusi. 2009. Bahasa dan sastra Indonesia di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka
2. Guntur,
Henry. Pengajaran Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. 1989.
3. Mackey,
W.F. Analisis Bahasa. Surabaya: Usaha Nasional. 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar